News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pasukan Kiev Bombardir Tahanan di Donetsk Gunakan HIMARS, 53 Tentara Neo-Nazi Azov Tewas

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prajurit Ukraina menembak dengan senjata self-propelled Prancis 155 mm/52 kaliber Caesar ke posisi Rusia di garis depan di wilayah Ukraina timur Donbas. Pasukan Kiev dikabarkan menembaki rumah tahanan I wilayah Donetsk yang berisi para tentara Ukraina yang ditahan oleh pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR).

TRIBUNEWS.COM – Pasukan Kiev dikabarkan menembaki rumah tahanan I wilayah Donetsk yang berisi para tentara Ukraina yang ditahan oleh pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR).

Ternyata penyerangan terebut bukannya tidak disengaja. Pasukan Ukraina ingin memberi pesan kepada tentaranya terutama tentara Neo-Nazi Azov yang kini jadi pesakitan di bekas negeri sendiri tersebut.

Pasukan Kiev menembaki pusat penahanan yang menahan tawanan perang Ukraina Jumat pagi untuk "mengancam" pasukan mereka sendiri yang mungkin ingin menyerah, kata Kementerian Pertahanan Rusia.

“Sejumlah besar prajurit Ukraina secara sukarela meletakkan senjata mereka, dan tahu tentang perlakuan manusiawi terhadap tahanan oleh pihak Rusia,” kata kementerian itu dikutip dari Russia Today.

Pihak berwenang di Republik Rakyat Donetsk (DPR) mengatakan bahwa jumlah korban tewas dalam serangan rudal telah meningkat menjadi 53 orang, sementara 75 lainnya terluka.

Wakil Menteri Penerangan DPR Daniil Bezsonov memposting video grafis di saluran Telegramnya, yang menunjukkan beberapa mayat yang dimutilasi dan hangus di dalam gedung yang hancur.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia dan pihak berwenang setempat, pasukan Ukraina menggunakan beberapa peluncur roket HIMARS yang dipasok AS untuk menyerang pusat penahanan di dekat desa Yelenovka.

Kementerian mengatakan fasilitas itu menahan anggota Batalyon Azov Ukraina, yang pejuangnya menyerah kepada pasukan Rusia dan Donbass selama pengepungan pabrik baja Azovstal di Mariupol.

Batalyon itu terkenal karena termasuk pejuang dengan pandangan nasionalis dan neo-Nazi.

Baca juga: Rentetan Rudal Rusia Hujani Ukraina Utara, Perbatasan dengan Belarusia

Berbicara kepada TV Channel One Rusia, ketua DPR Denis Pushilin mengklaim bahwa Ukraina “sengaja” menargetkan pusat penahanan untuk membunuh anggota Azov yang telah memberikan kesaksian tentang kemungkinan kejahatan perang oleh komandan mereka.

Militer Ukraina mengeluarkan pernyataan pada hari Jumat, menuduh pasukan Rusia menembaki Yelenovka. Moskow menghancurkan penjara untuk menyalahkan Kiev, serta untuk "menyembunyikan penyiksaan terhadap tahanan dan eksekusi," kata pernyataan itu.

Sebelumnya diberitakan, pasukan Ukraina menembaki sebuah penjara yang menampung tahanan perang di pemukiman pinggiran kota Yelenovka pada Jumat pagi, menurut wakil menteri informasi Republik Rakyat Donetsk, Daniil Bezsonov.

“Ada serangan langsung di sebuah gedung dengan tahanan,” tulis Bezsonov di Telegram. “Hasilnya sampai sekarang: 40 tewas, 130 terluka.”

Pasukan Ukraina mengendarai tank di jalan di wilayah timur Ukraina Donbas pada 21 Juni 2022. (Anatolii Stepanov / AFP)

Menteri menambahkan bahwa dia yakin Kiev menggunakan beberapa peluncur roket HIMARS yang dipasok AS untuk serangan itu.

Fasilitas tersebut dilaporkan menampung para pejuang Ukraina yang ditangkap oleh pasukan Rusia dan sekutu selama pengepungan pabrik baja Azovstal di kota Mariupol.

Penembakan yang dilaporkan terjadi ketika pasukan Rusia dan DPR berusaha mendorong tentara Ukraina keluar dari wilayah barat republik.

Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-156: Ukraina akan Rebut Kembali Wilayah yang Dikuasai Rusia

DPR telah berulang kali menuduh Ukraina menggunakan HIMARS untuk menembaki Donetsk dan daerah lainnya. Pada hari Minggu, pihak berwenang mengatakan pasukan Ukraina menyerang kilang minyak di Donetsk.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.

Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini