News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos Meninggal Dunia, Dikenal Sebagai Tokoh Penggerak People Power

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fidel Ramos, Mantan Presiden Filipina, hari ini meninggal dunia di usianya yang ke-94 tahun.

TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos meninggal dunia, Minggu (31/7/2022) hari ini.

Fidel Ramos meninggal di usia 94 tahun.

Kabar kepergian Ramos itu dikonfirmasi oleh keponakannya Lila Shahani.

Namun belum diketahui apa penyebab meninggalnya pria kelahiran 18 Maret 1928 itu.

Terkait kabar meninggalnya Fidel Ramos ini, Istana Kepresidenan Filipina (Malacanang) mengucapkan bela sungkawanya.

“Dengan sangat sedih kami mengetahui meninggalnya mantan presiden Fidel V. Ramos," ucap Sekretaris Pers Trixie Cruz-Angeles.

"Dia meninggalkan warisan yang penuh warna dan tempat yang aman dalam sejarah untuk partisipasinya dalam perubahan besar negara kita, baik sebagai perwira militer dan kepala eksekutif," lanjutnya.

Baca juga: Hadiri Pelantikan Presiden Filipina Marcos Junior, Mahfud MD Sampaikan Salam dan Selamat dari Jokowi

Sosok Fidel Ramos

Fidel Ramos adalah presiden ke-12 Filipina yang menjabat dari tahun 1992 hingga 1998.

Dia juga sempat menjadi kepala Kepolisian Filipina dan kepala staf Angkatan Bersenjata Filipina.

Pertengahan 1980-an, Ramos pernah menjadi kepala polisi nasional Filipina di bawah pemerintahan Ferdinand Marcos.

Dia kemudian membelot dan bergabung dengan protes "People Power" atau "Kekuatan Rakyat" yang menggulingkan diktator tersebut pada 1986.

Dikenal sebagai FVR, Ramos menjabat sebagai kepala pertahanan dalam pemerintahan pasca-kediktatoran pertama yang dipimpin oleh Corazon Aquino, janda dari Senator Benigno Aquino Jr., seorang kritikus Marcos terkemuka.

Ramos memenangi kursi kepresidenan pada 1992, pemilihan presiden pertama di bawah konstitusi.

Dia  dianggap berhasil mengarahkan ekonomi menuju periode pertumbuhan yang cepat hingga kemudian dihantam krisis keuangan 1997 yang melanda Asia Tenggara.

Seorang perwira militer karier, Ramos menjadi terkenal pada 1986 ketika dia dan Menteri Pertahanan saat itu Juan Ponce Enrile memisahkan diri dari Marcos, yang mereka tuduh mencurangi pemilihan tahun itu agar tetap berkuasa.

Ramos mengaku membelot karena sang diktator memprioritaskan kepentingan pribadi dan tidak lagi menjadi panglima yang cakap.

Mereka bersembunyi di markas polisi di ibu kota, menantikan serangan dari pasukan pro-Marcos.

Namun anggota masyarakat mengindahkan panggilan dari seorang kardinal Katolik Roma untuk berkumpul di sekitar gedung, membentuk barikade manusia yang melindungi Ramos, Enrile dan pasukan mereka.

Momen itulah yang memulai Revolusi Kekuatan Rakyat yang akhirnya menggulingkan Marcos.

Untuk menghormatinya, pada tahun 2000 kelompok alumni Akademi Militer AS di West Point mengutip "peran terpentingnya dalam mengembalikan demokrasi ke Filipina", dimana ia dinobatkan sebagai pahlawan militer revolusi.

Ramos lahir pada 18 Maret 1928 di kotamadya Lingayen di provinsi Pangasinan, utara ibu kota Filipina.

Ia adalah putra anggota parlemen dan diplomat, Narciso dan Angela, seorang pendidik.

Ramos lulus dari West Point AS pada 1950 dan memperoleh gelar master di bidang teknik sipil dari University of Illinois pada tahun berikutnya.

Dia memperoleh dua gelar master lagi dalam bidang keamanan nasional pada 1969 dari National Defense College of the Philippines, dan bidang administrasi bisnis pada 1980 dari Universitas Ateneo de Manila, menurut yayasan Ramos.

Awal kariernya dihabiskan sebagai tentara Filipina yang berkecimpung di berbagai bidang termasuk pengintaian dan pasukan khusus.

Dia naik pangkat dan pada 1972, diangkat sebagai kepala Kepolisian Filipina.

Tiga tahun kemudian, ia menjadi Dirjen Polisi lalu menjadi wakil kepala staf angkatan bersenjata pada 1981 dan menjabat sebagai penjabat kepala staf angkatan bersenjata menjelang akhir pemerintahan Marcos.

Ramos menang tipis dalam pemilihan presiden pada 1992 dengan kurang dari seperempat suara, pluralitas terendah dalam sejarah pemilihan negara itu hingga pemilihan presiden tahun 2022, yang dimenangi dengan telak oleh putra Marcos, Bongbong.

Ramos juga merupakan presiden dari kalangan Protestan pertama di negara dengan mayoritas Katolik itu.

Sumber: Rappler/Bloomberg/Kompas.TV/Tribunnews.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini