Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KYIV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memerintahkan evakuasi wajib bagi warga Ukraina di wilayah Donetsk timur.
Dalam pidato Minggu (31/7/2022) malam, Zelensky juga menghimbau ratusan ribu orang yang masih berada di zona pertempuran di wilayah Donbas untuk meninggalkan lokasi tersebut.
"Semakin banyak orang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia," kata Zelensky, seraya menambahkan bahwa penduduk yang pergi akan diberikan kompensasi.
Baca juga: 2 Warga Amerika Serikat Tewas di Wilayah Donbas Ukraina
Media domestik yang mengutip Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan bahwa evakuasi perlu dilakukan sebelum musim dingin dimulai karena pasokan gas alam di kawasan itu telah hancur.
Dilansir dari Reuters, Senin (1/8/2022) Zelensky mengatakan, ratusan ribu orang masih menetap di daerah Donbas, di mana pertempuran masih berlangsung sengit.
"Banyak yang menolak pergi, tetapi evakuasi harus tetap dilakukan," ungkap Zelensky.
Ini bukan pertama kalinya pihak berwenang Ukraina menyerukan evakuasi warga sipil.
John Herbst, mantan duta besar AS untuk Ukraina, mengatakan bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh ekspektasi pertempuran yang lebih berat.
"Saya tidak tahu mengapa Zelensky mengeluarkan imbauan itu. Yang saya tahu adalah bahwa telah terjadi pertempuran sengit di Donetsk.”
Pada hari Sabtu (30/7) militer Ukraina mengatakan lebih dari 100 tentara Rusia telah tewas dan tujuh tank hancur dalam pertempuran di Ukraina selatan, termasuk wilayah Kherson yang menjadi fokus serangan balasan Kyiv.
Baca juga: Zelensky Sebut Rusia Berniat Hancurkan Seluruh Donbas, Butuh Senjata Berat untuk Mengimbangi Lawan
Sementara itu, Ukraina telah menggunakan sistem rudal jarak jauh yang dipasok Barat untuk merusak tiga jembatan di Dnipro dalam beberapa pekan terakhir.
Gubernur pro-Ukraina wilayah Kherson, Dmytro Butriy, mengatakan bahwa pertempuran terus berlanjut di banyak bagian wilayah itu.
"Di beberapa desa, tidak ada satu rumah pun yang dibiarkan utuh, semua infrastruktur hancur, orang-orang tinggal di ruang bawah tanah," tulis Dmytro Butriy di Telegram.
Baca juga: Rusia Intensifkan Serangan di Donbas Timur, Gubernur Luhansk: Situasi Sangat Sulit
Di sisi lain, Kementerian pertahanan Rusia pada hari Sabtu (30/7) menerbitkan daftar 50 tawanan perang Ukraina yang tewas dan 73 terluka dalam apa yang dikatakannya sebagai serangan militer Ukraina dengan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) buatan AS.
Angkatan bersenjata Ukraina langsung membantah pernyataan Rusia yang menganggapnya telah meluncurkan serangan ke sebuah penjara yang berisi tawanan perang Ukraina.
Secara terpisah, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan pihaknya sedang mencari akses dan telah menawarkan untuk membantu mengevakuasi korban perang di Ukraina.