TRIBUNNEWS.COM - Kota pesisir di China, Xiamen melakukan tes virus Corona (Covid-19) pada ikan, kepiting dan bahkan udang yang baru ditangkap nelayan, CNN melaporkan.
Hal merupakan bagian dari upaya untuk menahan wabah Covid-19 yang terus meningkat.
Di distrik Jimei, pihak berwenang mengeluarkan pemberitahuan bulan lalu yang memerintahkan "nelayan dan tangkapan mereka" untuk dites Covid-19.
Dikatakan sejak Juni perdagangan ilegal dan kontak ilegal antara nelayan di Provinsi Fujian dan kapal luar negeri telah menyebarkan Covid-19 ke China, dan "menyebabkan kerusakan sosial yang besar".
Xiamen melaporkan 10 kasus Covid-19 baru pada hari Jumat, sehingga total kasus menjadi 65.
Kota pelabuhan itu meluncurkan tiga putaran tes Covid-19 massal untuk 5 juta penduduknya mulai hari Rabu.
Baca juga: Gelombang Panas di China Hambat Pengiriman Suku Cadang hingga Tingkatkan Risiko Inflasi
Taihainet.com, situs web berita yang dikelola pemerintah di Fujian, melaporkan bahwa persyaratan tes Covid-19 bagi nelayan dan tangkapan mereka diterapkan untuk memperkuat garis pertahanan epidemi maritim dan secara ketat mencegah impor epidemi dari laut.
Minggu ini, video petugas kesehatan berbaju hazmat yang menempelkan kapas ke mulut ikan dan kepiting menjadi viral di media sosial China.
Video itu memicu keluhan bahwa kebijakan nol-Covid negara itu sudah terlalu jauh.
Jin Dongyan, seorang profesor di Sekolah Ilmu Biomedis Universitas Hong Kong, mengatakan tes Covid-19 pada tangkapan nelayan adalah "pemborosan sumber daya".
"Mereka harus fokus pada orangnya daripada ikannya," kata Jin.
Menurut Jin, tes itu sama sekali tidak berguna karena kemungkinan ikan tersebut positif dan menyebarkan virus ke manusia sangat rendah.
"Kemungkinan nelayan itu 100 atau 1.000 kali lebih besar tertular oleh nelayan lain. Tidak ada bukti bahwa ikan itu menularkan virus," katanya.
Pejabat China sebelumnya menyalahkan wabah Covid-19 di negara itu pada berbagai impor, termasuk makanan laut beku, menunjukkan bahwa orang bisa menjadi sakit setelah menangani kemasan yang terkontaminasi.
Namun, sejak 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa tidak ada bukti orang dapat tertular Covid-19 dari makanan atau kemasan makanan.
Baca juga: AS dan Taiwan Akan Kerjasama 11 Bidang Perdagangan di Tengah Ketegangan dengan China
Pada Januari 2022, Pusat Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan di Universitas Kota Hong Kong mengatakan risiko tertular Covid-19 dari hewan dapat diabaikan.
Sebelumnya, muncul laporan tentang makanan laut, ternak, buah-buahan, dan bahkan tanaman yang diuji Covid di China.
Pihak berwenang juga telah menerapkan langkah-langkah ketat dengan melakukan tes pada kemasan impor makanan untuk mencari jejak virus.
Mereka bahkan menangguhkan impor dari perusahaan yang hasil tesnya menunjukkan positif.
Adapun kebijakan tes Covid-19 Xiamen datang ketika China mengambil langkah ekstensif untuk mempertahankan sikap nol-Covid, termasuk mengunci cabang Ikea di Shanghai minggu ini setelah kontak dekat kasus Covid-19 dilacak ke lokasi, dan membuat lebih dari 80.000 wisatawan terdampar di pulau resor Hainan minggu lalu untuk membendung wabah.
Sejak pandemi, China mengandalkan tes massal, karantina ekstensif, dan penguncian cepat untuk membasmi kebangkitan virus Corona.
Tetapi varian Omicron yang sangat menular telah menimbulkan tantangan bagi tindakan anti-Covid paling ketat di China.
Baca juga artikel lain terkait Virus Corona atau tentang China
(Tribunnews.com/Rica Agustina)