News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

CEO Perusahaan Spyware Israel NSO Group Mengundurkan Diri, 100 Karyawan Diberhentikan

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILES) Dalam foto file ini, ilustrasi fotografi menunjukkan ponsel di dekat logo perusahaan NSO Group di kota Netanya Israel pada 9 Februari 2022. NSO Group Israel, yang membuat spyware Pegasus yang kontroversial di seluruh dunia, mengatakan pada 21 Agustus. 2022 bahwa CEO-nya meninggalkan jabatannya sebagai bagian dari reorganisasi.

TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan spyware Israel NSO Group mengatakan Chief Executive Shalev Hulio akan segera mengundurkan diri.

Chief Operating Officer Yaron Shohat ditunjuk untuk mengawasi reorganisasi perusahaan sebelum penggantinya disebutkan.

Dilansir Al Jazeera, sebuah sumber di perusahaan mengkonfirmasi pada hari Minggu (21/8/2022) bahwa sekitar 100 karyawan akan diberhentikan sebagai bagian dari reorganisasi perusahaan.

Shohat akan memimpin perusahaan sampai dewan menunjuk CEO baru.

Perusahaan pengawasan, yang membuat perangkat lunak Pegasus, telah menghadapi tindakan hukum setelah tuduhan bahwa alatnya digunakan oleh pemerintah dan lembaga lain untuk meretas ponsel para pembangkang, aktivis hak asasi manusia, dan jurnalis.

Dikutip Guardian, spyware Pegasus digunakan untuk menyusup ke ponsel dan mengekstrak data atau mengaktifkan kamera atau mikrofon.

Baca juga: Apple Gugat Perusahaan Israel NSO Group atas Spyware

(FILES) Dalam foto file ini, ilustrasi fotografi menunjukkan ponsel di dekat logo perusahaan NSO Group di kota Netanya Israel pada 9 Februari 2022. NSO Group Israel, yang membuat spyware Pegasus yang kontroversial di seluruh dunia, mengatakan pada 21 Agustus. 2022 bahwa CEO-nya meninggalkan jabatannya sebagai bagian dari reorganisasi.

NSO mengatakan bahwa teknologinya dimaksudkan untuk membantu menangkap teroris, pedofil, dan penjahat kelas kakap dan dijual kepada klien pemerintah yang "diperiksa dan sah", meskipun NSO merahasiakan daftar kliennya.

“Produk perusahaan tetap diminati oleh pemerintah dan lembaga penegak hukum karena teknologi mutakhir dan kemampuannya yang telah terbukti untuk membantu para pelanggan ini dalam memerangi kejahatan dan teror,” kata Shohat dalam sebuah pernyataan.

"NSO akan memastikan bahwa teknologi terobosan perusahaan digunakan untuk tujuan yang benar dan layak," tambahnya.

Pada November 2021, Guardian melaporkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menempatkan perusahaan itu dalam daftar hitam AS setelah memutuskan telah bertindak “bertentangan dengan kebijakan luar negeri dan kepentingan keamanan nasional AS”.

The Guardian dan anggota konsorsium lainnya juga mengungkapkan bahwa nomor ponsel Emmanuel Macron, presiden Prancis, dan hampir seluruh kabinetnya tercantum dalam daftar bocoran individu yang dipilih sebagai kemungkinan target pengawasan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini