BBC melaporkan, Khan vokal mengkritik pemerintahan sejak digulingkan dari kursi perdana menteri pada April lalu.
Setelah polisi mengajukan tuduhan terorisme, ratusan pendukung Imran Khan berkumpul di luar kediaman eks PM tersebut di Islamabad.
Mereka bersumpah akan mengambil alih ibu kota jika polisi mencoba menahan Khan.
Polisi yang berada di lokasi mengaku tidak ingin menangkap mantan pemimpin Pakistan tersebut, dan hanya bersiaga untuk menjaga ketertiban.
Kasus ini muncul di tengah ketegangan antara pemerintah Pakistan dan Khan, yang digulingkan dari kekuasaan pada April dalam mosi tidak percaya.
Sejak itu, mantan pemimpin itu berkeliling negara untuk menyampaikan pidato berapi-api yang menyerukan pemilihan baru dan dengan keras mengkritik pemerintah dan tentara.
Pada hari Sabtu, regulator media Pakistan mengumumkan bahwa saluran televisi akan dilarang menyiarkan pidatonya secara langsung.
Khan dinilai melakukan pidato kebencian terhadap lembaga-lembaga negara.
Mantan pemimpin itu mengklaim pemerintah sedang mencoba menyensornya.
Pada Minggu, ia mengkritik larangan itu pada rapat umum politik lain di Kota Rawalpindi.
Khan kemudian menuduh pemerintah memblokir akses ke YouTube di tengah pidato dalam upaya untuk mencegah orang mendengarkannya secara langsung.
Baca juga: Toyota dan Suzuki Bulan Depan Tutup Sebagian Pabrik di Pakistan Akibat Kurangnya Pasokan Bahan Baku
Baca juga: Pemimpin Senior Taliban Pakistan Tewas dalam Serangan Bom di Afghanistan
Meskipun digulingkan dari kekuasaan dalam mosi tidak percaya awal tahun ini, Imran Khan masih memiliki banyak pendukung di Pakistan.
Bulan lalu, partainya sukses mengambil alih dewan provinsi penting di Punjab, mengalahkan partai PML-N.
Imran Khan yang dikenal karismatik ini, terpilih sebagai perdana menteri pada 2018.
Ia berselisih dengan tentara Pakistan yang kuat menjelang akhir masa jabatannya.
Setelah serangkaian pembelotan, ia kehilangan mayoritas di parlemen.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)