News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Karyawan Google Pilih Mengundurkan Diri Setelah Merasa Dibungkam oleh Perusahaan

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Karyawan Resign. Seorang karyawan Google memilih resign setelah menuduh perusahaan tersebut melakukan pembalasan terhadap karyawan yang berbicara mendukung Palestina.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Seorang karyawan Google memilih resign setelah menuduh perusahaan tersebut melakukan pembalasan terhadap karyawan yang berbicara mendukung Palestina.

Ariel Koren, yang merupakan orang Yahudi, telah menulis surat yang ditujukan kepada raksasa teknologi itu, di mana dia memilih untuk berhenti dari perusahaan karena 'pembalasan' terhadap dia dan rekan kerjanya karena memprotes Proyek Nimbus perusahaan.

Dikutip dari Aljazeera, Kamis (1/9/2022) proyek ini merupakan kontrak senilai 1,2 miliar dolar AS untuk sistem komputasi awan yang dibangun oleh Google dan Amazon untuk memberikan kepada pemerintah dan militer Israel kecerdasan buatan dan alat pembelajaran mesin.

Baca juga: Begini Cara Tambahkan Bermacam-Macam Emoji di Google Docs

“Google secara agresif mengejar kontrak militer dan melucuti suara karyawannya melalui pola pembungkaman dan pembalasan terhadap saya dan banyak orang lain,” kata Koren dalam sebuah posting di Medium.

Dia menuduh kontrak perusahaan dengan pemerintah di Project Nimbus, secara eksplisit mencegah Google menutup layanannya bahkan jika ada protes karyawan.

“Kontrak tersebut secara eksplisit membuat perusahaan tidak berdaya untuk menghentikan layanannya terlepas dari apakah Israel menggunakan teknologi tersebut untuk membantu pelanggaran hak asasi manusia,” tulis Koren dalam posting blog.

“Saya meninggalkan Google minggu ini karena pembalasan dan permusuhan terhadap pekerja yang berbicara. Google memindahkan peran saya ke luar negeri segera setelah saya menentang kontrak AI/pengawasan senilai 1 miliar dolar AS dengan Israel,” cuitnya.

Koren telah telah bekerja dengan raksasa teknologi itu selama lebih dari tujuh tahun, menuduh perusahaan tersebut secara sistematis membungkam suara Palestina, Yahudi, Arab dan Muslim dan khawatir tentang keterlibatannya dalam pelanggaran hak asasi manusia Palestina.

Baca juga: Indonesia Tegaskan Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB

“Rekan kerja Palestina kami dibungkam di seluruh perusahaan. Pekerja yang mendukung hak-hak Palestina mendapatkan peringatan HR, pelecehan, bahkan pemotongan gaji dan umpan balik ulasan kinerja negatif,” katanya.

Dia lalu menambahkan bahwa perusahaan telah membungkam dia dan rekan-rekannya untuk melindungi kepentingan bisnisnya dengan militer dan pemerintah Israel.

“Semakin banyak pekerja yang berbicara. Pekerja muak dengan pengejaran agresif Google terhadap kontrak militer dan pola pembalasan yang melanggar hukum. Kami melawan dan kami saling mendukung,” tulis Koren dalam tweet.

Di sisi lain, Google mengatakan bahwa pihaknya telah menyelidiki secara menyeluruh klaim karyawan tersebut, dan tidak menemukan pembalasan terhadap hal itu.

"Sebuah lembaga pemerintah juga menolak kasus ketika karyawan mengajukan klaim yang menyatakan dia mengalami pembalasan," kata juru bicara Google.

Baca juga: Israel Klaim Perisai Udara Iron Dome Sukses Gagalkan 97 Persen Serangan Roket Palestina

“Selain itu, kami bangga bahwa Google Cloud telah dipilih oleh pemerintah Israel untuk menyediakan layanan cloud publik untuk membantu mengubah negara secara digital. Proyek ini akan membuat Google Cloud tersedia untuk instansi pemerintah guna memudahkan pekerjaan di bidang keuangan, perawatan kesehatan, transportasi, dan pendidikan, tetapi tidak diarahkan ke beban kerja yang sangat sensitif atau rahasia,” tambah juru bicara Google.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini