Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRİBUNNEWS.COM, ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan keinginan Turki untuk bergabung dengan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Hal tersebut diungkapkan Erdogan setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SCO di Uzbekistan pada Sabtu (17/9/2022) kemarin, sebelum menuju ke Amerika Serikat.
"Hubungan kami dengan negara-negara ini akan dipindahkan ke posisi yang jauh berbeda dengan langkah ini," kata Erdogan, yang dikutip dari Reuters, Minggu (18/9/2022).
Baca juga: Turki Tingkatkan Impor Minyak Rusia Jadi 200.000 Barel Per Hari
Saat ditanya bagaimana rencana Turki terhadap keanggotaan SCO, Erdogan berkata, "Tentu saja, itu targetnya".
Turki, yang juga anggota NATO, saat ini hanya sebatas sebagai mitra dialog SCO yang beranggotakan China, Rusia, India, Pakistan, Iran, Kirgistan, Tajikistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan.
Setelah ikut serta dengan pasukan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Perang Korea, Turki bergabung dengan NATO pada tahun 1952, dan menjadi benteng untuk melawan ekspansi Soviet ke Mediterania.
SCO merupakan organisasi antarabangsa di kawasan Asia yang dideklarasikan pada tanggal 15 Juni 2001 setelah Uzbekistan bergabung.
Organisasi ini memupuk kerja sama antarnegara dalam bidang perbatasan, ekonomi, energi dan kebudayaan.
Banyak yang berpendapat bahwa organisasi ini merupakan penyeimbang kekuatan dari organisasi NATO dan Amerika Serikat. SCO disebut menjadi benteng kekuatan Asia Tengah untuk menghalau pengaruh dan campur tangan Amerika Serikat.
Di tengah diskusi bilateral pada KTT SCO, Erdogan dilaporkan melakukan pembicaraan dengan Pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Baca juga: Cegah Devaluasi Lira, Turki Bayar Gas Rusia dengan Sistem Pembayaran Mir
Erdogan mengatakan Turki dan Rusia telah mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan perselisihan mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dibangun di Akkuyu yang berada di selatan Turki.
Menurut laporan stasiun televisi NTV, Erdogan mengatakan kontraktor Turki, IC Ictas telah dipekerjakan kembali dalam proyek tersebut.
Bulan lalu, perusahaan energi nuklir Rusia Rosatom, yang menjalankan proyek tersebut, mengakhiri kontraknya dengan IC Ictas, setelah menyebut adanya "banyak pelanggaran".
“Insya Allah kita akan bisa menyelesaikan dan meresmikan unit (Akkuyu) pertama pada tahun 2023,” tambah Erdogan.