TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat di empat wilayah yang dikuasai separatis di Ukraina timur mengaku akan mengadakan referendum untuk menjadi bagian Rusia.
Referendum itu dijadwalkan mulai 23-27 September 2022 mendatang.
Sementara itu, Ukraina menganggap rencana referendum sebagai aksi Rusia untuk mencoba merebut kembali kerugian di medan perang.
Dikutip Al Jazeera, Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba menyebut referendum palsu tidak akan mengubah apapun.
"Rusia telah dan tetap menjadi agresor yang secara ilegal menduduki bagian-bagian tanah Ukraina," ucapnya.
"Ukraina memiliki hak untuk membebaskan wilayahnya dan akan terus membebaskan mereka apa pun yang dikatakan Rusia.”
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina Hari ke-210: Donetsk, Luhansk, Kherson, Zaporizhzhia Bentuk Referendum
Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia gelar referendum
Pemungutan suara akan berlangsung di republik Donetsk dan Luhansk yang memproklamirkan diri di wilayah Donbas.
Kemerdekaan wilayah tersebut diakui oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sesaat sebelum mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari, menurut pejabat dan kantor berita.
Pemungutan suara juga akan diadakan di wilayah Kherson selatan yang direbut pasukan Moskow pada hari-hari awal serangan Rusia di Ukraina, dan di wilayah Zaporizhia yang sebagian dikuasai Rusia.
Integrasi mereka ke Rusia akan mewakili eskalasi konflik yang signifikan di Ukraina karena Moskow dapat mengatakan bahwa pihaknya mempertahankan wilayahnya sendiri dari pasukan Ukraina.
"Dewan Rakyat memutuskan ... untuk menetapkan hari referendum 23 September hingga 27 September," kata pejabat separatis Denis Miroshnichenko seperti dikutip oleh portal berita Luhansk.
Tak lama setelah itu, Kantor Berita resmi Donetsk mengumumkan bahwa referendum akan diadakan di wilayahnya pada tanggal yang sama.
Baca juga: Presiden Rusia, Vladimir Putin Beri Uang Bulanan Rp 2,4 Juta untuk Pengungsi Donbas dan Ukraina
Dalam pernyataan terpisah, pemimpin kelompok pemberontak Donetsk, Denis Pushilin, meminta Putin untuk mempertimbangkan wilayah itu menjadi bagian dari Rusia "sesegera mungkin".