TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat Rusia mengecilkan ancaman Presiden Vladimir Putin soal penggunaan senjata nuklir dalam perang Ukraina.
Dikutip dari Al Jazeera, Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan Moskow tidak mengancam penggunaan senjata nuklir, Jumat (23/9/2022).
Dia menegaskan setiap konfrontasi dengan NATO dan Amerika Serikat (AS) bukanlah kepentingan Kremlin.
"Kami tidak mengancam siapapun dengan senjata nuklir," kata Ryabkov kepada wartawan.
“Kriteria penggunaannya diuraikan dalam doktrin militer Rusia," terangnya.
Sebelumnya, Putin menegaskan dia tidak menggertak dengan mengancam menggunakan senjata nuklir jika wilayah Rusia terancam.
Baca juga: Ukraina Klaim Orang-orang Dipaksa Berpartisipasi dalam Referendum 4 Wilayah Pendudukan Rusia
Pernyataan ini disampaikan Putin saat memberikan pidato yang disiarkan televisi awal pekan ini.
Di saat bersamaan, Putin juga mengumumkan mobilisasi parsial untuk meningkatkan pertempuran militer di Ukraina.
Tetapi, Ryabkov menegaskan Rusia tidak mencari “konfrontasi terbuka” dengan AS atau NATO dan tidak ingin situasinya meningkat lebih lanjut.
Hubungan Moskow-Washington
Pada hari yang sama, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS), Anatoly Antonov, angkat bicara kepada kantor berita RIA Novosti.
Antonov mengaku ingin percaya bahwa hubungan Moskow dan Washington tidak berada di ambang kehancuran terutama terkait konflik nuklur.
Lalu, dua pensiunan jenderal Rusia menuturkan kepada Al Jazeera, mereka yakin kecil kemungkinan adanya konflik nuklir.
Baca juga: Ukraina Klaim Orang-orang Dipaksa Berpartisipasi dalam Referendum 4 Wilayah Pendudukan Rusia
Mobilisasi parsial dan referendum
Sebelumnya, pada Rabu (21/9/2022), Putin mengumumkan mobilisasi parsial pertama Rusia sejak perang dunia.
Putin mengatakan kepada publik bahwa bangsanya berperang melawan Ukraina dan sumber daya militer dari negara-negara Barat yang mendukung Kyiv.
Dalam pidatonya, Putin mendukung referendum pencaplokan di empat wilayah yang sedang berlangsung di Ukraina.
Pejabat Rusia, termasuk mantan Presiden Dmitry Medvedev, mengatakan begitu wilayah tersebut dimasukkan ke dalam Rusia, serangan Ukraina di wilayah ini akan dianggap sebagai serangan langsung ke Rusia.
Ini berarti, di bawah doktrin nuklir Rusia, Rusia dapat mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika Moskow menganggapnya menghadapi "ancaman eksistensial".
Baca juga: Referendum Wilayah Separatis di Ukraina Berjalan Meski Tuai Kecaman, Apa yang Diinginkan Rusia?
Sementara itu, pidato di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Kamis, sangat kritis terhadap Rusia.
Negara-negara non-blok bergabung dengan AS dan sekutunya dalam mengutuk invasi ke Ukraina.
Namun, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, yang menghadiri pertemuan PBB, mengatakan Ukraina telah menjadi “tempat pementasan anti-Rusia untuk menciptakan ancaman terhadap keamanan Rusia”.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.co/Andari Wulan Nugrahani)