Ketegangan perpecahan makin terlihat saat tahun 1961, yakni dibangunnya Tembok Berlin.
Namun, makin lama kekuatan ekonomi dan politik Uni Soviet melemah.
Melemahnya kekuatan Uni Soviet, intervensi politik di Jerman Timur pun berkurang.
Saat itu, rakyat Jerman Timur pun melakukan pemberontakan dan revolusi untuk melepas Jerman dari Uni Soviet.
Dorongan pemberontakan tersebut karena kebijakan Glasnost atau keterbukaan politik dan Perestroika atau restrukturisasi yang diterapkan Sekjen Uni Soviet, Mikhail Gorbachev gagal.
Puncaknya pada 1989, terjadi demonstrasi besar-besaran oleh masyarakat Jerman Timur dan peruntuhan Tembok Berlin.
Kemajuan pesat di Jerman Barat juga menimbulkan masyarakat Jerman Timur ingin bergabung.
Hancurnya Tembok Berlin ini disebut "Tirai Besi" oleh Churchill.
Hal tersebut juga jadi tanda runtuhnya rezim komunis di Jerman Timur.
Akhirnya, ribuan orang Jerman Timur berani melarikan diri ke Jerman Barat meski penjagaan ketat.
Lalu, Jerman Timur, Jerman Barat, Britania Raya, Perancis, AS, dan Uni Soviet mengadakan pertemuan sebagai syarat Persatuan kembali Jerman.
Dari pertemuan tersebut, lahirlah Perjanjian Dua Plus Empat atau Perjanjian Penyelesaian Akhir.
Perjanjuan tersebut memberikan kedaulatan penuh kepada Negara Jerman.
Lalu perwakilan dua Jerman, Republik Demokratik Jerman dan Republik Federal Jerman bergabung.