TRIBUNNEWS.COM - Dua warga Rusia nekat menyeberangi Selat Bering menuju Alaska menggunakan perahu kecil demi menghindari wajib militer berperang di Ukraina.
Dua pria itu mendarat di sebuah pulau terpencil di Alaska, Amerika Serikat, dan mengajukan permohonan suaka, lapor media lokal.
Dilansir Guardian, keduanya mendamparkan perahu kecilnya pada Selasa (4/10/2022) di dekat Gambell, kota berpenduduk 600 jiwa di Pulau St Lawrence.
Lokasi itu berjarak 46 mil dari semenanjung Chukotka di Siberia.
Pejabat lokal, Curtis Silook mengatakan kepada media bahwa warga Rusia ini mengaku telah berlayar dari Kota Egvekinot di Rusia, sekitar 300 mil melalui laut.
Mereka lalu diterbangkan dari pulau itu pada hari Selasa, jelas Silook.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Terhadap 3 Pengusaha Myanmar karena Terlibat Pengadaan Senjata Buatan Rusia
Seorang penduduk lokal mengatakan salah satu pria itu berpenampilan Eropa dan berbicara bahasa Inggris, sementara yang satunya tampaknya dari etnis Yupik Siberia.
"Orang-orang itu diangkut ke Anchorage untuk diperiksa, mencakup proses penyaringan dan pemeriksaan dan kemudian diproses sesuai dengan undang-undang imigrasi AS yang berlaku di bawah Undang-Undang Imigrasi dan Kebangsaan," kata juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Gubernur Alaska, Mik Dunleavy mengatakan dua orang itu sempat ditahan di Gambell setelah mendamparkan kapalnya.
"Dua orang yang datang dari Rusia dengan kapal dan ditahan di Gambell setahu saya mereka berada di Anchorage sekarang sedang ditangani oleh otoritas federal," kata Dunleavy.
"Kami tidak mengantisipasi aliran individu atau armada individu yang terus-menerus. Kami tidak memiliki indikasi itu akan terjadi, jadi ini mungkin hanya sekali."
Dan Sullivan, senator Partai Republik dari Alaska mengatakan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) belum memutuskan apakah kedua orang Rusia itu akan diizinkan untuk tinggal di AS.
Sullivan mendorong CBP menyiapkan rencana dengan Penjaga Pantai untuk mengantisipasi warga Rusia yang kabur melalui Selat Bering ke Alaska.
Karina Borger, juru bicara senator Lisa Murkowski, mengatakan kedua pria tersebut mengaku kabur untuk menghindari wajib militer.
Menyusul kabar ini, seorang juru bicara Kedutaan Rusia di Washington mengkonfirmasi soal kaburnya dua warga negaranya ke Alaska.
Kepada media Rusia, TASS, pihak Kedubes Rusia di AS berencana menghubungi kedua pria itu via telepon secepatnya.
"Kedutaan mengetahui situasi dengan warga Rusia yang ditahan di negara bagian Alaska. Hari ini kami menerima pemberitahuan tentang ini dari cabang Anchorage dari US Customs and Border Guard Service," katanya.
Banyak penduduk Gambell secara etnis lebih dekat dengan komunitas pesisir Yupik Siberia daripada orang Alaska lainnya.
Penyeberangan dengan melintasi lautan yang berbahaya di selat itu jarang terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Dua belas pria Siberia melakukan penyeberangan pada tahun 2014, menandai penyeberangan pertama dalam 14 tahun.
Di tahun 1948, direktur FBI saat itu J Edgar Hoover memerintahkan penghentian penyeberangan oleh komunitas tradisional, karena mencurigai adanya pengunjung yang merupakan mata-mata Soviet.
Baca juga: Ukraina Rebut Sebagian Wilayah Kherson saat Zaporizhzhia Dihantam 7 Rudal Rusia
Baca juga: Ribut dengan Volodymyr Zelensky di Twitter, Elon Musk: Perang Merugikan Ukraina dan Dunia
Larangan itu dijuluki sebagai "Tirai Es".
Penyeberangan dilanjutkan setelah Perang Dingin tetapi kemudian dilarang oleh otoritas Rusia, setelah seorang ayah dan anak tenggelam dalam perjalanan kembali dari Gambell ke pantai Siberia.
Pria usia wajib militer di Rusia membanjiri negara itu sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi untuk menopang invasinya ke Ukraina.
Dikabarkan wajib militer diperluas jangkauannya di antara masyarakat pedesaan yang lebih miskin dan etnis minoritas di Kaukasus, Mongolia dan Siberia.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)