Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menteri Negara untuk Kebijakan Anak Jepang, Masanobu Ogura berjanji akan memberikan subsidi 90 persen untuk biaya pemasangan perangkat keselamatan di dalam bus antar jemput pelajar taman kanak-kanak (TK) di Jepang.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada pelajar taman kanak-kanak yang tertinggal di dalam bus.
Baca juga: Dewan Audit Jepang Minta Badan Pariwisata Kembalikan Rp 20,9 M Kelebihan Bayar Program GoToTravel
"Kami ingin melanjutkan dengan berbagai pertimbangan dengan cara mengurangi beban pelaku usaha semaksimal mungkin. Namun keselamatan pelajar TK dapat lebih baik lagi di masa depan," ungkap Menteri Masanobu Ogura, Rabu (12/10/2022).
Di Prefektur Shizuoka, Sekolah TK Kawasaki tanggal 5 September lalu, seorang pelajar TK, China Kawamoto (3) tertinggal di bus.
Dia akhirnya meninggal dunia karena kepanasan selama 5 jam.
Sopir bus yaitu kepala sekolah TK tersebut, Tatsuyoshi Masuda tidak sadar kalau ada pelajar TK yang tertinggal di dalam bus.
Sementara pintu bus tertutup sehingga China tidak bisa ke luar bus.
Antisipasi agar kejadian tersebut tak terulang kembali, pemerintah Jepang akan memberikan biaya pemasangan perangkat keselamatan yang diperlukan untuk bus taman kanak-kanak secara nasional, bersama dengan pemerintah daerah.
Pada konferensi pers, Menteri Ogura mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk memberikan subsidi biaya pemasangan perangkat keselamatan yang wajib bagi bus sekolah secara nasional.
Baca juga: Mengapa Terjadi Penurunan Dukungan Masyarakat Kepada PM Jepang Fumio Kishida?
"Kita tampaknya memang membutuhkan banya fasilitas yang bekerja sama dalam waktu singkat," ujarnya.
Menurut pejabat pemerintah, penyesuaian sedang dilakukan untuk mensubsidi 90 persen dari biaya pemasangan.
Pemerintah berencana memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam RUU anggaran tambahan kedua untuk tahun anggaran ini.
Pihak sekolah TK telah meminta maaf tanggal 7 September lalu dan kasus ini masih diproses kepolisian Jepang dengan tuduhan kepada Kepala Sekolah TK tersebut, akibat kelalaian mengakibatkan seorang anak meninggal dunia.
Alat pendeteksi tersebut dapat melihat dan memonitor gerakan individu di dalam bus apabila tertinggal.
Dan memberikan sinyal darurat serta langsung mengirimkan email darurat bahaya secara otomatis kepada satu atau beberapa orang, sehingga beberapa orang dapat mengetahui dan menyadarkan adanya situasi bahaya tersebut.