Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Kondisi geopolitik di Asia Tenggara kian meningkat, usai Korea Utara kembali menembakkan 250 peluru artileri ke kawasan perairan dekat perbatasan Korea Selatan, pada Selasa (18/10/2022) pukul 10 malam waktu setempat.
Tercatat selama serangan tersebut Pyongyang setidaknya telah menembakkan 100 peluru ke arah barat pantai lepasnya dan 150 peluru lainnya ke lepas pantai timur Semenanjung Korea.
Meski peluru-peluru itu tidak jatuh di perairan teritorial Korea Selatan dan hanya mendarat di kawasan Zona Demiliterisasi (DMZ) atau zona penyangga yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.
Baca juga: Diminta Waspada, Kepolisian Jepang Sebut Peretas dari Korea Utara Bidik Perusahaan Kripto
Namun serangan senjata artileri jarak jauh itu menimbulkan ancaman keamanan yang serius bagi wilayah metropolitan terpadat di Korea Selatan, yang hanya berjarak sekitar 40 hingga 50 km dari perbatasan Korea Utara.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan JCS) bahkan menyebut tindakan yang dilakukan Kim Jong Un telah merusak perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea.
"Provokasi Korea Utara yang terus berlanjut adalah tindakan yang merusak perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea dan komunitas internasional," jelas Kepala Staf JCS.
Melansir dari Al Jazeera, serangan militer yang dilakukan Korea Utara terjadi tepat setelah pasukan Korea Selatan memulai menggelar latihan pertahanan tahunan "Hoguk" pada Senin (17/10/2022) hingga Sabtu (22/10/2022).
Dalam latihan tahunan itu militer Korea Selatan turut menggandeng Amerika Serikat dan Jepang serta melibatkan beberapa senjata tempur seperti pesawat, kapal perang, tank, hingga puluhan ribu pasukan.
Baca juga: Korea Utara Lagi-lagi Luncurkan Rudal, Tindakan Korut Dinilai Mengancam Perdamaian & Keamanan Jepang
Meski pemerintah Korea Selatan telah menegaskan bahwa latihan tersebut merupakan upaya defensive yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan.
Akan tetapi Presiden Jong Un menganggap bahwa langkah yang diambil Korea Selatan telah meningkatkan ancam keamanan pada Pyongyang, alasan ini yang mendorong Jong Un untuk melakukan serangan di perairan semenanjung Korea.
Serangan seperti ini bukanlah kali pertama yang dilakukan Korea Utara, sebelumnya negara pimpinan Kim Jong UN ini sempat menembakkan rudal balistik jarak pendek ke wilayah perbatasan tepatnya di laut lepas pantai timurnya pada akhir pekan lalu.
Tak hanya itu Militer Korea Selatan juga mendeteksi 10 pesawat militer milik Pyongyang yang kerap bermanuver di dekat perbatasan yang memisahkan kedua negara.
Seoul sejauh ini telah menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Korea Utara, dengan memasukkan daftar hitam 15 orang Korea Utara dan 16 lembaga yang terlibat dalam pengembangan rudal.
Sanksi ini diambil menyusul langkah Jepang yang telah lebih dulu memberlakukan sanksi tambahan terhadap Korea Utara atas peluncuran rudal.