Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE atau New Renewable Energy) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) menandatangani joint study agreement (JSA) pengembangan green hydrogen dan green amonia pada Selasa (18 Oktober) di G20 BUMN Konferensi Internasional Perusahaan di Nusa Dua, Bali.
"Kami akan melakukan survei untuk menjajaki kemungkinan komersialisasi di tahun fiskal 2023, yang bertujuan untuk mulai beroperasi setelah tahun fiskal 24," ungkap sumber Tribunnews.com Rabu (19/10/2022).
Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE, Dannif Danusaputro, dan Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) TEPCO HD, Chikara Kojima, dan disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala N. Mansury dan Director of Strategy, Portfolio, and New Ventures Pertamina A. Salyadi Dariah Saputra.
Pertamina NRE dan TEPCO HD akan menggabungkan teknologi tenaga panas bumi Pertamina dan teknologi pembangkit hidrogen TEPCO HD untuk membangun teknologi operasional yang optimal dan mencapai green hydrogen dan green Ammonia yang hemat biaya produksi dan transportasi melalui Studi Bersama ini.
“Produksi hidrogen merupakan salah satu area bisnis Pertamina EBT untuk masa depan. Kami sedang mengembangkan pilot project green hydrogen di area geothermal Ulubel dengan target produksi 100 kg/hari. Dengan potensi yang kami miliki, kami yakin dapat menjadi pionir hidrogen produsen di kawasan dan berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Kami sangat senang dengan kerjasama kami dengan TEPCO dalam studi bersama ini,” kata Dannif.
"Dalam strategi netralitas karbon kami, TEPCO HD menargetkan emisi CO2 bersih dari pasokan energi pada tahun 2050. Sebagai bagian dari ini, kami berusaha untuk mempromosikan pemanfaatan hidrogen dan amonia. Kami senang menggunakan teknologi kami untuk berkontribusi pada promosi transisi energi, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi dan produksi hidrogen hijau, yang diperlukan untuk tujuan netralitas karbon Indonesia. Sangat menggembirakan untuk melanjutkan proyek ini bersama dengan Pertamina EBT, perusahaan terkemuka di industri energi di Asia Tenggara." kata Chikara Kojima.
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar kedua di dunia, mencapai 24 GW. Saat ini, Pertamina EBT (Energi Baru dan Terbarukan) melalui anak perusahaannya, Pertamina Geothermal Energy (PGE), telah memasang dan mengoperasikan kapasitas panas bumi hingga 672 MW dari enam wilayah, yaitu Sibayak, Ulubelu, Lumut Balai, Kamojang, Karaha, dan Lahendong.
Pertamina EBT adalah sub-holding Pertamina yang fokus pada bisnis energi bersih dan merupakan mitra strategis pemerintah Indonesia dalam memberikan transisi energi, serta mencapai emisi net-zero. Pertamina EBT berkomitmen kuat untuk menerapkan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG atau Economy Social and Governance) inisiatif dalam rangka mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
TEPCO adalah perusahaan tenaga listrik terbesar di Jepang dan telah menyediakan kehidupan yang nyaman bagi orang-orang selama bertahun-tahun melalui layanan pasokan energinya. TEPCO menargetkan emisi CO2 bersih-nol dari pasokan energi pada tahun 2050 sebagai strategi netralitas karbon dan TEPCO bekerja untuk mempromosikan pemanfaatannya. Sejak 2016, TEPCO telah melakukan proyek demonstrasi produksi hidrogen di Prefektur Yamanashi, Jepang, dan telah mengumpulkan banyak pengalaman dan teknologi.
"Dengan dukungan pemerintah Indonesia, Pertamina NRE dan TEPCO HD akan aktif menangani proyek ini untuk mewujudkan dunia yang bebas karbon," tambahnya.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.