News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia dan Ukraina Saling Tuduh Berencana Ledakkan Bendungan PLTA Kakhovka di Sungai Dnipro

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang diambil pada 5 Juni 2022 ini menunjukkan asap setelah beberapa ledakan menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv, dini hari. - Beberapa ledakan di distrik kota Darnytsky dan Dniprovsky. Layanan padam, kata Walikota Kyiv di Telegram. - Ukraina menuduh Rusia berencana ledakkan bendungan PLTA Kakhovka di Sungai Dnipro sebagai balasan atas kekalahannya. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Rusia dan Ukraina saling menuduh soal rencana meledakkan bendungan Kakhovka yang merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sungai Dnipro.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mendesak Barat untuk memperingatkan Rusia terkait risiko banjir besar jika bendungan itu diledakkan.

Dalam pidatonya pada Kamis (20/10/2022), Zelensky mengklaim pasukan Rusia menanam bahan peledak di bendungan besar Kakhovka dan berencana menghancurkannya untuk menutupi kekalahannya di Ukraina selatan.

"Sekarang semua orang di dunia harus bertindak dengan kuat dan cepat untuk mencegah serangan teroris baru Rusia. Menghancurkan bendungan akan berarti bencana skala besar," katanya, dilansir Reuters

Sementara itu, Rusia awal pekan ini menuduh Kyiv berencana menembakkan roket ke bendungan tersebut.

Sergei Surovikin, komandan pasukan Rusia di Ukraina, mengatakan pasukan Ukraina akan menggunakan rudal HIMARS yang dipasok AS untuk merusak PLTA.

Baca juga: AS Tuduh Iran Terjun Langsung ke Lapangan untuk Bantu Rusia Lawan Ukraina, Latih Pasukan di Krimea

"Kami memiliki informasi tentang kemungkinan rezim Kyiv menggunakan metode perang terlarang di wilayah Kota Kherson, tentang persiapan serangan rudal besar-besaran di bendungan hidro-listrik Kakhovka oleh Kyiv," kata Surovikin pada Selasa lalu.

Namun, pejabat Kyiv menduga Moskow berencana meledakkan bendungan tersebut lalu menyalahkan pihak Ukraina.

Kedua belah pihak sama-sama tidak memiliki bukti atas tuduhannya.

Lantas apa itu Bendungan Kakhovka dan bagaimana dampaknya jika diledakkan?

- Bendungan Kakhovka, setinggi 30 meter dan panjang 3,2 km ini dibangun pada tahun 1956 di Sungai Dnipro sebagai bagian dari pembangkit listrik tenaga air Kakhovka.

- Bendungan ini memiliki reservoir 18 km3 yang juga memasok air ke Semenanjung Krimea yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014, dan ke pembangkit nuklir Zaporizhzhia, yang juga berada di bawah kendali Rusia, lapor Reuters

- Volume air di reservoir kira-kira sama dengan Great Salt Lake di negara bagian Utah, AS.

- Jika diledakkan, air pada bendungan ini akan menerjang sebagian wilayah Kherson yang dicaplok Rusia pada September lalu.

Hancurnya PLTA ini juga akan menambah krisis energi di Ukraina setelah berminggu-minggu rudal Rusia menghujani fasilitas pembangkit listrik di seluruh Ukraina.

Menurut Kyiv, serangan rudal Rusia telah merusak sepertiga dari jaringan listrik di seluruh negeri.

Tuduhan dari Kyiv ini juga dibantah oleh pejabat yang ditunjuk Rusia untuk Kherson. 

Kirill Stremousov membantah tudingan Presiden Zelensky bahwa militer Moskow berencana meledakkan bendungan Kakhovska.

Di sisi lain, Ukraina mengancam akan melancarkan balasan yang lebih keras jika Rusia berani menghancurkan bendungan PLTA di Kherson itu.

Andriy Yermak, kepala kantor kepresidenan Ukraina, mengklaim bahwa Rusia terpaksa menghancurkan PLTA Kakhovska karena "pemerasan nuklir tidak berhasil".

"Teroris Rusia menderita. Pemerasan nuklir tidak berhasil, sekarang mereka mencoba menakut-nakuti semua orang dengan meledakkan HPP Kakhovska."

"Tujuan mereka adalah membuat kita memulai negosiasi dengan persyaratan mereka. Tapi mereka tidak akan berhasil. Ukraina tidak akan menyerah pada perdamaian dengan paksaan," cuit Yermak, Jumat (21/10/2022).

Rusia Terbuka untuk Negoisasi

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak awal telah terbuka untuk pembicaraan tentang Ukraina.

"Putin, pada kenyataannya, telah terbuka untuk pembicaraan sejak awal. Presiden telah berulang kali mengatakannya sendiri," kata Peskov, Jumat (21/10/2022).

Ia menyinggung soal Putin yang telah mencoba memulai pembicaraan dengan NATO, AS dan OSCE sebelum operasi militer khusus dimulai.

"Putin terbuka untuk negosiasi ketika dokumen antara negosiator Rusia dan Ukraina hampir disepakati. Jadi di sini, dalam hal ini, tidak ada yang berubah," kata Peskov, lapor TASS

"Posisi pihak Ukraina telah berubah. Undang-undang Ukraina sekarang melarang negosiasi apa pun," imbuhnya.

Drone Kamikaze buatan Iran, Shahed-136. - Ukraina menuduh Rusia berencana ledakkan bendungan PLTA Kakhovka di Sungai Dnipro sebagai balasan atas kekalahannya. (Ist)

Baca juga: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Baru Terhadap Iran Atas Penggunaan Drone di Ukraina

Baca juga: Miliarder AS Usul Ukraina Harus Lepas Krimea ke Rusia dalam Kesepakatan Damai

Menurut Peskov, hanya posisi Kyiv yang berubah, karena "pihak Ukraina telah memutuskan tidak melanjutkan pembicaraan dengan Rusia."

Invasi Rusia di Ukraina memasuki babak baru dengan adanya dugaan bahwa Iran terlibat dalam konflik karena memasok drone ke Moskow.

Amerika Serikat mengatakan pada Kamis lalu, bahwa pasukan Iran berada di Krimea untuk membantu menerbangkan drone untuk menyerang Ukraina.

Teheran dan Moskow telah membantah memasok atau menerima pesawat tak berawak kamikaze, meskipun banyak yang telah ditembak jatuh.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini