News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pilu Ayah di China, Anaknya Tewas karena Terlambat Ditangani Imbas Kebijakan Nol-Covid Xi Jinping

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang petugas kesehatan berbicara dengan seorang anak laki-laki di dalam area perumahan berpagar yang dikunci karena pembatasan virus corona Covid-19 di Beijing pada 26 Mei 2022. - Tuo Shilei menyebut putranya meninggal karena terlambat ditangani imbas lockdown ketat di Lanzhou sebagai bagian dari kebijakan nol-Covid China. (Photo by Noel Celis / AFP)

Upacara diadakan di kota asal keluarga terdekat, Hezheng.

Tuo tidak hadir, karena takut dikarantina pada saat kedatangan.

Baca juga: Pabrik iPhone di China Janjikan Bonus Uang setelah Pekerjanya Kabur Imbas Lockdown Covid-19

Baca juga: Apple Pangkas Target Produksi iPhone 30 Persen, Imbas Pembatasan Covid-19 di China

Kasus Covid-19 di China

Orang-orang berjalan di The Bund di distrik Huangpu Shanghai pada 31 Mei 2022, saat kota bersiap untuk mencabut lebih banyak pembatasan setelah dua bulan pembatasan ketat. - Tuo Shilei menyebut putranya meninggal karena terlambat ditangani imbas lockdown ketat di Lanzhou sebagai bagian dari kebijakan nol-Covid China. (Photo by Hector RETAMAL / AFP) (AFP/HECTOR RETAMAL)

China mencatat 3.200 kasus Covid-19 lokal harian pada 2 November, tertinggi dalam dua setengah bulan.

Sebanyak 531 kasus di antaranya bergejala dan 2.669 tidak menunjukkan gejala, lapor Komisi Kesehatan Nasional pada Kamis (3/11/2022), lapor Reuters

Ini adalah pertama kalinya kasus harian lokal melebihi 3.000 sejak 17 Agustus.

China berusaha untuk mengendalikan wabah Covid-19 secepat mungkin, jelas komisi kesehatan mengatakan pada hari Rabu.

Pihaknya mengatakan, China harus teguh berpegang pada kebijakan "dinamis nol-Covid".

China berulang kali mengatakan tidak akan goyah dari kebijakannya tentang Covid, meskipun penguncian dan pembatasan massal merugikan ekonomi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini