Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Masa berkabung nasional Korea Selatan (Korsel) terkait tragedi mematikan malam Halloween di distrik Itaewon, Seoul, memang telah berakhir pada Sabtu lalu.
Namun banyak orang yang dibiarkan mengalami trauma oleh paparan langsung dan tidak langsung dari kejadian naas itu.
Dikutip dari laman www.koreaherald.com, Senin (7/11/2022), para pakar dan asosiasi kesehatan jiwa di negara itu meminta rumah sakit memprioritaskan penanganan terhadap pasien yang terlibat.
Menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel pada hari Minggu kemarin, Asosiasi Praktisi Psikiatri Korea (KAPP) baru-baru ini mengirimkan pesan teks kepada anggotanya yang menyerukan reservasi cepat dan perawatan untuk orang-orang yang menderita trauma setelah tragedi skala besar itu.
"Kami meminta intervensi terapeutik segera kepada mereka yang terkait dengan tragedi Itaewon," kata asosiasi tersebut.
Baca juga: Akhirnya Presiden Korsel Minta Maaf kepada Bangsa atas Tragedi Mematikan Halloween Itaewon
Asosiasi itu meminta rumah sakit untuk memprioritaskan reservasi bagi mereka yang terlibat dalam tragedi itu pada sistem reservasi mereka.
Selain itu juga mendesak rumah sakit tanpa sistem reservasi untuk menyediakan layanan tersebut bagi pasien demi meminimalkan paparan trauma bagi mereka dan mengamankan privasi mereka.
Meskipun langkah-langkah dalam pesan tersebut tidak bersifat wajib, namun itu mencerminkan konsensus para ahli psikiatri bahwa orang-orang yang terkait dengan tragedi Itaewon membutuhkan perawatan yang dipercepat.
Mengingat bencana yang terjadi melibatkan massa yang banyak, tidak mudah untuk menentukan cakupan mereka yang membutuhkan dukungan konseling maupun pengobatan.
KAPP mendefinisikan orang-orang yang terkait dengan tragedi Itaewon sebagai keluarga yang ditinggalkan, kerabat dari korban yang tewas, korban terluka, keluarga dan kenalan korban yang terluka dan saksi serta wartawan di tempat kejadian.
Juga termasuk petugas penyelamat seperti petugas pemadam kebakaran, polisi, paramedis hingga tenaga medis.
Ketua Asosiasi Neuropsikiatri Korea dan Ketua Masyarakat Korea untuk Studi Stres Trauma, Chung Chan-seung merekomendasikan teknik darurat yang menenangkan diri bagi mereka yang menderita trauma tragedi Itaewon.
Teknik stabilisasi, rutinitas empat tahap yang dibuat oleh Riset Pengembangan Platform dan Konten Informasi Dukungan Kesehatan Mental Bencana, membantu orang-orang yang trauma, dan ini berlaku untuk situasi traumatis apapun.
Ini terdiri dari pernafasan dalam, pernafasan perut, teknik grounding dan pelukan kupu-kupu.
"Karena banyak orang asing yang terlibat dalam tragedi Itaewon, saya menyiapkan penjelasan tentang teknik stabilisasi dalam bahasa Korea dan Inggris. Ini akan membantu orang dengan cepat menstabilkan diri mereka sendiri setelah mengalami pengalaman traumatis," kata Chung.