TRIBUNNEWS.COM - Penduduk di Kota Kherson, Ukraina selatan bersuka cita setelah pasukan militer Rusia ditarik mundur dari wilayah itu.
Tentara Ukraina disambut oleh warga Kherson dengan mengibarkan bendera nasional Ukraina sambil bernyanyi.
Dilansir BBC, sejumlah warga menyanyikan lagu-lagu patriotik di sekitar api unggun hingga larut malam.
Penarikan pasukan Moskow dari Kota Kherson, menjadi pukulan telak bagi invasi yang dilancarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Pasalnya, Kherson adalah satu-satunya ibu kota provinsi yang berhasil dikuasai tentara Rusia sejak awal invasi pada Februari lalu.
Pada akhir September lalu, Kremlin mengesahkan Kherson sebagai bagian dari Rusia setelah dilakukan referendum di empat provinsi Ukraina.
Baca juga: Berita Foto : Rakyat Ukraina Sambut Gembira Mundurnya Pasukan Rusia dari Kherson
Moskow mengatakan 30.000 personel telah keluar dari daerah itu beserta sekitar 5.000 perangkat keras militer, persenjataan, dan aset lainnya.
Gedung Putih menyambut kekalahan pasukan Putin di Kherson sebagai "kemenangan luar biasa" Ukraina.
Sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menggambarkannya sebagai hari bersejarah.
Penarikan pasukan dari Kherson dilaporkan berlangsung dengan baik, berbeda dengan penarikan di daerah lain sebelumnya.
Jembatan Antonivskyi yang membelah Sungai Dnipro diledakkan dan infanteri terlihat berjalan melintasi jembatan ponton pada dini hari, lapor The Moscow Times.
"Hari ini adalah hari paling bahagia bagiku! Saya belum memejamkan mata selama 24 jam," kata seorang warga Kherson, yang bicara dengan syarat anonim.
"Tidak ada yang lebih baik daripada menonton russkies berlutut," katanya.
Penarikan penuh pasukan Rusia terjadi kurang dari 48 jam setelah Menteri Pertahanan, Sergei Shoigu, memerintahkan mundur melalui siaran langsung televisi pada Rabu (9/11/2022).
Ini menjadi kemunduran perang terbesar Kremlin sejak meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina sekira sembilan bulan lalu.
Foto-foto menunjukkan penduduk Kherson dan sekitarnya mengibarkan bendera Ukraina di atas gedung administrasi, klakson mobil bersahutan, hingga poster-pro Rusia dirobohkan.
Beberapa orang bahkan terlihat menangis bahagia.
Seorang warga Kherson bernama Alexei Sandakov menggambarkan emosinya yang "luar biasa" ketika orang-orang muncul bernyanyi dan menari di jalanan.
"(Kherson) bebas sekarang. Ini berbeda. Semua orang menangis sejak pagi ini," katanya.
Ia mengatakan semua orang ingin merangkul tentara Ukraina yang datang.
Perubahan kontrol kota itu menyusul serangan balasan Ukraina yang cepat dalam beberapa bulan terakhir, di mana Kyiv mengklaim telah merebut kembali 41 pemukiman di dekat Kherson.
Dalam pidato malamnya, Presiden Zelensky mengatakan orang-orang Kherson menunggu dan tidak pernah menyerah pada Ukraina.
Dia menambahkan bahwa penduduk telah bekerja untuk menghilangkan jejak penjajah dari jalan-jalan, termasuk simbol-simbol Rusia.
Tanggapan Kremlin
Hingga kini, Presiden Putin belum secara terbuka mengomentari kemunduran signifikan tentaranya di Kherson.
Namun, juru bicara Kremlin membantah langkah penarikan itu merupakan kekalahan yang memalukan.
Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa Kherson masih menjadi wilayah Rusia karena aneksasi Moskow pada akhir September lalu.
"Ini adalah subjek dari Federasi Rusia, itu ditetapkan dan ditentukan secara hukum. Tidak ada perubahan," kata Peskov.
Ia menegaskan Rusia tidak menyesal mengumumkan pencaplokan Kherson dan tiga wilayah lainnya dalam upacara kemenangan di Moskow pada 30 September.
Ditanya soal penarikan pasukan, Peskov mengatakan Rusia tetap berkomitmen untuk mencapai tujuan dari operasi militer khusus di Ukraina.
Baca juga: Uni Eropa Enggan Keluarkan Visa untuk Pemegang Paspor Rusia dari Bekas Wilayah Ukraina
Baca juga: Kemlu RI Harap Hasil Akhir KTT G20 Tetap Maksimal Meski Ada Ketegangan Barat-Rusia
"(Konflik) hanya dapat diakhiri setelah tujuannya tercapai atau dengan mencapai tujuan tersebut melalui negosiasi damai," kata Peskov, dikutip dari Reuters.
"Namun, karena posisi yang diambil pihak Ukraina, pembicaraan damai tidak mungkin dilakukan," tambahnya.
Setelah empat wilayah Ukraina dicaplok, Presiden Zelensky mengesahkan dekrit yang secara resmi menyatakan prospek pembicaraan Ukraina dengan pemimpin Rusia, Vladimir Putin "tidak mungkin" terjadi pada Oktober lalu.
Kendati demikian, Kyiv tetap membuka pintu negosiasi dengan Moskow.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)