TRIBUNNEWS.COM -- Penderitaan Roman Oleksiv, bocah 9 tahun yang menjadi korban selamat ledakan rudal Rusia di Kota Vinnytsia oblast Lviv pada 14 Juli 2022, Ukraina barat, akhirnya berakhir.
Masker yang selama ini menutupi wajahnya selama dua tahun lebih tersebut kini telah dibuka setelah dinyatakan pulih sepenuhnya.
Topeng tersebut dikenakannya agar kulitnya yang terbakar oleh ledakan rudal tersebut bisa sembuh, meski harus memakan waktu lebih dari dua tahun. Topeng tersebut membantu mencegah terbentuknya bekas luka di wajahnya setelah mengalami cedera parah.
Baca juga: Pasukan Kiev Tercerai Berai di Pokrovsk, Rusia Kepung Desa Pusat Logistik Donetsk
Diberitakan Ukrainska Pravda, ayah anak laki-laki tersebut, Yaroslav Oleksiv, telah membagikan foto-foto baru putranya, yang kini tanpa topeng di wajahnya.
Pada 14 Juli 2022, Roman dan ibunya, Halyna, sedang menunggu janji temu dengan dokter di Vinnytsia ketika rudal Rusia menghantam pusat kota. Sang ibu, 29 tahun, tewas seketika, bersama dengan dokter dan 25 orang lainnya.
Roman selamat dari serangan tersebut meskipun mengalami luka bakar 45 persen di sekujur tubuhnya dan kerusakan pada organ-organ dalamnya. Seperti yang dijelaskan ayahnya, Yaroslav Oleksiv, "seluruh tubuhnya terbakar. Ketika ia merangkak keluar setelah ledakan, ia duduk di atas batu-batu panas, yang membakar kaki dan pantatnya".
Saat itu Roman sedang menunggu untuk menemui dokter bersama ibunya ketika sebuah rudal jelajah menghantam kota Vinnytsia, dalam salah satu serangan tunggal paling mematikan.
Ibunya termasuk di antara 28 orang yang tewas, sementara Roman menderita luka pecahan peluru, lengan patah, dan luka bakar di lebih dari 45 persen tubuhnya.
Setelah petugas medis di Lviv menstabilkannya, ia dikirim ke unit luka bakar spesialis di Dresden, Jerman, di mana ia menghabiskan hampir satu tahun menjalani lebih dari 30 putaran operasi.
Beruntung, Roman Oleksiv pada 2023 akhirnya bisa berangsunr-angsur pulih dan kembali bersekolah di kota Lviv, Ukraina barat, langkah selanjutnya dalam pemulihan yang tidak terduga dari luka bakar yang mengancam jiwa dan pecahan peluru di kepala yang dideritanya dalam serangan rudal Rusia pada bulan Juli tahun lalu.
Ia sekarang kembali ke Lviv, dan, meskipun ia harus kembali ke Dresden secara teratur untuk perawatan, Roman telah mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari dengan bantuan ayahnya, Yaroslav.
"Kami tidak tahu apakah dia akan bisa berjalan, menggerakkan tangan atau jari-jarinya," kata Yaroslav kepada Reuters di sekolah, tangannya melingkari bahu Roman.
Dia menjelaskan bahwa putranya belum dalam kondisi yang memungkinkan untuk berbicara kepada media.