TRIBUNNEWS.COM - Seorang peneliti peperangan darat senior di Royal United Services Institute Inggris, Jack Watling, memberikan pandangannya mengenai mundurnya pasukan Rusia di Kota Kherson Ukraina.
Menurut Watling, keputusan Rusia untuk mundur dari Kherson sudah didorong oleh logika militer yang sehat, mengutip The Guardian.
Kontrol Rusia atas kota itu hanya dapat dipertahankan dengan harga yang mahal dalam hal pasukan dan material.
Secara operasional, penarikan itu akan membantu Rusia menstabilkan posisi pertahanan mereka selama musim dingin.
Secara strategis, penarikan itu merupakan kekalahan Rusia yang tidak samar-samar.
Ketika Ukraina melancarkan serangan balasannya terhadap Kherson pada akhir Agustus, militernya tahu bahwa mereka tidak memiliki kekuatan tempur untuk menyerbu kota tersebut, menurut Watling.
Baca juga: Pasukan Rusia Mundur, Warga Kherson Rayakan Kemenangan Tentara Ukraina
Namun, serangan di jembatan di atas Dnipro membatasi kemampuan Rusia untuk memasok pasukannya dengan alat berat, sementara sungai melindungi pasukan Ukraina dari serangan balik.
Geometri medan perang itu menguntungkan Ukraina.
Meskipun begitu, Watling menyebut militer Rusia akan bisa berbenah seiring waktu.
Setelah Rusia mencaplok wilayah itu, mundurnya pasukan pada awalnya dipandang sebagai tindakan yang tidak dapat diterima dan berbahaya secara politik.
Sebagai satu-satunya kota besar yang berhasil direbut secara utuh selama invasi, kehilangan Kherson dipandang luas sebagai suatu kekalahan.
Dari sudut pandang militer, kota itu juga dapat dipertahankan untuk beberapa waktu, meskipun dengan harga mahal yang harus dibayar.
Meninggalkan Kherson berimplikasi pada strategi Rusia untuk menduduki Ukraina.
Tanpa pijakan di tepi kanan Dnipro, pasukan Rusia tidak akan mampu mengancam operasi ofensif melawan Kota Mykolaiv pada musim semi, bahkan dengan pasukan baru.