TRIBUNNEWS.COM - Militer Korea Utara mengatakan telah memerintahkan unit-unit garis depan untuk melakukan tembakan artileri ke laut selama dua hari berturut-turut, Selasa (6/12/2022).
Pernyataan Staf Umum Tentara Rakyat Korea Utara itu dikeluarkan sehari setelah Pyongyang menembakkan sekitar 130 peluru artileri ke perairan dekat perbatasan laut barat dan timurnya dengan Korea Selatan dalam aksi militer terbaru yang meningkatkan ketegangan di semenajung itu.
Seorang juru bicara militer Korea Utara yang tidak disebutkan namanya mengatakan rencana penembakan artileri hari Selasa dimaksudkan sebagai peringatan kepada Korea Selatan.
Korea Utara telah mendeteksi tanda-tanda latihan artileri Korea Selatan di wilayah perbatasan.
Tentara Korea Selatan sedang melakukan latihan tembakan langsung yang dimulai pada hari Senin dan berlanjut hingga Rabu.
Latihan itu melibatkan beberapa sistem peluncuran roket dan howitzer di dua tempat pengujian terpisah di wilayah Cheorwon.
Baca juga: Tiga Siswa SMA di Korea Utara Dieksekusi Mati karena Ketahuan Nonton Drama Korea
Militer Korea Utara mengatakan pada hari Senin bahwa mereka menginstruksikan unit pantai barat dan timurnya untuk menembakkan artileri sebagai peringatan setelah mendeteksi lusinan proyektil Korea Selatan yang terbang ke tenggara dari wilayah Cheorwon.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan peluru-peluru Korea Utara yang ditembakkan jatuh di sisi utara zona penyangga yang dibuat berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018.
Perjanjian itu disepakati untuk mengurangi ketegangan Korea Selatan dan Korea Utara.
Korea Selatan mendesak Korea Utara untuk untuk mematuhi perjanjian tersebut.
Ini adalah pertama kalinya Pyongyang menembakkan senjata ke zona penyangga maritim sejak 3 November, ketika sekitar 80 peluru artileri mendarat di sisi zona Korea Utara di lepas pantai timurnya.
Dikutip dari AP News, Korea Utara telah menembakkan lusinan rudal saat meningkatkan demonstrasi senjatanya ke rekor kecepatan tahun ini.
Di antaranya termasuk beberapa uji coba sistem rudal balistik antarbenua yang berpotensi mampu menjangkau jauh ke daratan Amerika Serikat (AS), dan rudal jarak menengah diluncurkan di atas Jepang.
Korea Utara juga telah melakukan serangkaian peluncuran jarak pendek yang digambarkannya sebagai simulasi serangan nuklir terhadap target Korea Selatan dan AS.
Itu merupakan reaksi kemarahan terhadap perluasan latihan militer bersama AS-Korea Selatan yang dipandang Korea Utara sebagai latihan untuk potensi invasi.
Para ahli mengatakan Korea Utara berharap untuk menegosiasikan konsesi ekonomi dan keamanan dari posisi yang kuat dan memaksa AS untuk menerimanya sebagai tenaga nuklir.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan Korea Utara mungkin akan segera melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)