Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pengecer (retailer) Inggris bersiap menyambut musim Natal yang suram karena krisis biaya hidup yang memburuk membebani pengeluaran rumah tangga di negara itu.
Hal ini menurut dua survei yang dilakukan secara terpisah beberapa waktu lalu.
Menurut snapshot pengeluaran bulanan oleh Barclaycard, yang menyumbang setengah dari transaksi kartu debit dan kredit, 50 persen konsumen berencana 'mengencangkan ikat pinggang' mereka pada momen perayaan Natal kali ini, mengurangi hadiah, makanan dan minuman serta sosialisasi.
Baca juga: Banyak Keluarga Jerman Tidak Punya Dekorasi Natal Populer Tahun Ini Gara-gara Sanksi Rusia
"Meningkatnya biaya bensin dan harga di supermarket terus menggigit, namun orang Inggris menghabiskan lebih sedikit untuk tagihan energi karena dukungan pemerintah masuk dan orang-orang menemukan cara untuk berhemat di rumah. Konsumen terus menukar malam besar dengan malam yang nyaman karena mereka mengurangi pengeluaran diskresi mereka, sementara kesehatan dan kecantikan, serta perbaikan rumah menikmati sedikit peningkatan," kata Direktur di Barclaycard, Esme Harwood.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (6/12/2022), studi tersebut menemukan bahwa dua dari tiga konsumen atau sekitar 66 persen mengetahui cara menghemat energi di rumah untuk mengurangi biaya gas dan listrik mereka.
Sedangkan 63 persen diantara mereka memakai lebih banyak lapisan di rumah, lalu 56 persen menghindari penggunaan pemanas sentral, kecuali jika benar-benar diperlukan.
Satu dari lima atau sekitar 20 persen membeli selimut elektrik atau botol air panas, dan hampir seperempat atau 23 persen membeli atau sudah menggunakan air fryer untuk membantu mengurangi biaya memasak.
Sementara itu, survei lain yang dilakukan oleh Konsorsium Ritel Inggris (BRC) menunjukkan bahwa pengeluaran di toko-toko besar pada Oktober lalu mencapai 1,6 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, melambat dari 2,2 persen pada September dan mewakili penurunan besar dalam volume pembelian setelah memperhitungkan inflasi.
"Natal akan datang lebih lambat dari tahun lalu bagi banyak orang dan mungkin ada lebih banyak kesuraman daripada gemerlap, karena keluarga fokus untuk memenuhi kebutuhan, terutama karena pembayaran hipotek meningkat," kata Kepala Eksekutif BRC, Helen Dickinson.
Survey BRC menemukan bahwa pengeluaran untuk makanan dalam tiga bulan hingga Oktober lalu melonjak sebesar 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara pengeluaran untuk non-makanan turun sebesar 1,2 persen.
"Dengan musim perayaan yang semakin dekat, kita kemungkinan akan melihat pengurangan lebih lanjut, karena orang Inggris mengendalikan pengeluaran Natal mereka. Konsumen mengadopsi pendekatan yang terkendali untuk perayaan, memilih hadiah pre-loved dan menetapkan batas pengeluaran untuk mengelola biaya mereka selama momen Natal yang biasanya mahal ini," jelas Harwood.