Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengakui bahwa pasukannya dapat berperang di Ukraina untuk waktu yang lama, tetapi untuk saat ini tidak akan ada mobilisasi tentara tambahan.
Dikutip dari Reuters, Putin jarang sekali berbicara tentang durasi perang yang dia mulai lebih dari sembilan bulan lalu, tetapi mengatakan kepada para loyalis dalam pertemuan yang disiarkan televisi pada Rabu (7/12/2022) bahwa perang itu masih bisa berlangsung untuk beberapa waktu.
"Ini bisa menjadi proses yang panjang," katanya.
Baca juga: Rusia Terus Gempur Infrastruktur Energi Ukraina, PBB: Warga Sipil Hadapi Ujian untuk Bertahan Hidup
Seperti diketahui, Rusia telah meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada Februari lalu, dengan mengatakan hubungan Ukraina yang semakin dalam dengan Barat menimbulkan ancaman keamanan
Lantas, Ukraina dan sekutunya mengatakan bahwa invasi tersebut sama dengan perampasan tanah oleh imperialis.
Dalam sambutannya di hadapan para loyalis, Putin mengatakan risiko perang nuklir semakin besar, tetapi Rusia tidak akan sembarangan mengancam untuk menggunakan senjata semacam itu.
"Kami belum gila, kami menyadari apa itu senjata nuklir," kata Putin.
"Kami memiliki sarana ini dalam bentuk yang lebih maju dan modern daripada negara nuklir lainnya. Namun, kami tidak akan berkeliling dunia sambil mengacungkan senjata ini seperti pisau cukur,” imbuhnya.
Adapun, kanselir Jerman Olaf Scholz pernah mengatakan bahwa risiko penggunaan senjata nuklir Putin akan menurun sebagai tanggapan atas tekanan internasional.
Mobilisasi
Beberapa waktu lalu, Putin mengatakan bahwa sekitar 150.000 dari 300.000 pasukan cadangan yang dipanggil pada September dan Oktober lalu telah dikerahkan ke Ukraina, termasuk 77.000 di unit tempur. Sementara 150.000 sisanya masih berada di pusat pelatihan.
"Dalam kondisi seperti ini, berbicara tentang tindakan mobilisasi tambahan tidak masuk akal," kata Putin.
Meskipun baru-baru ini mundur dari medan perang, termasuk hilangnya Kherson, satu-satunya ibu kota provinsi Ukraina yang direbut Rusia, Putin mengatakan bahwa dia tidak menyesal meluncurkan perang yang telah menjadi yang paling menghancurkan Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Dukungan Belarus untuk Moskow
Sementara itu, sekutu terdekat Moskow yakni Belarus dikabarkan sedang memindahkan pasukan dan perangkat militer untuk menangkal apa yang disebutnya sebagai ancaman terorisme, di tengah tanda-tanda bahwa Moskow mungkin menekan Minsk untuk membuka front baru di Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-287: Tangki Minyak Rusia Diserang Drone, Picu Ledakan
Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang mengandalkan pasukan Rusia untuk menghentikan pemberontakan rakyat dua tahun lalu, telah menahan pasukannya sendiri untuk bergabung dalam perang di Ukraina.
Pada Rabu (7/12/2022), Dewan Keamanan Belarus, dikutip oleh kantor berita negara Belta, mengatakan pasukan dan perangkat militernya akan bergerak di negara itu selama dua hari ke depan, dengan senjata tiruan yang digunakan untuk pelatihan.
Namun, tidak ada rincian pasti mengenai jumlah pasukan atau jenis perangkat militer yang akan dipindahkan.