Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Kementerian Pertahanan Rusia pada hari ini, Rabu (4/1/2023) menyalahkan penggunaan ponsel secara ilegal oleh tentaranya atas serangan rudal mematikan Ukraina.
Dalam serangan tersebut dilaporkan menewaskan 89 prajurit Rusia.
Sebelumnya, Moskow juga melaporkan sebanyak 63 tentara Rusia tewas dalam serangan rudal Ukraina pada akhir pekan lalu.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-314: Kyiv Klaim Hancurkan 10 Unit Peralatan Moskow di Makiivka
Pernyataan kementerian pertahanan Rusia datang di tengah kemarahan beberapa komentator Rusia yang meningkat, yang semakin vokal dan menyebut invasi Rusia sebagai 'kampanye setengah hati di Ukraina'.
Sebagian besar kemarahan di media sosial diarahkan pada komandan militer Rusia, yang belum berkomentar secara terbuka mengenai serangan yang menjadi pukulan lain bagi Moskow dalam beberapa bulan terakhir.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan empat rudal Ukraina menghantam barak sementara Rusia di sebuah perguruan tinggi kejuruan di Makiivka, kota di Donetsk yang diduduki Rusia di Ukraina timur.
Meskipun penyelidikan resmi telah diluncurkan, alasan utama serangan itu jelas adalah penggunaan ponsel secara ilegal oleh prajurit, kata kementerian itu.
Baca juga: Puluhan Tentara Rusia Jadi Korban dalam Serangan Ukraina di Makiivka
"Faktor ini memungkinkan musuh untuk melacak dan menentukan koordinat lokasi tentara untuk serangan rudal," kata kementerian tersebut, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari ini, yang dikutip dari Reuters.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang jarang mengomentari serangan militer khusus Ukraina, tidak menyebutkan serangan itu dalam video pidato pada Selasa (2/1/2023), di mana dia mengatakan Rusia akan melancarkan serangan besar untuk meningkatkan kekayaannya.
"Kami tidak ragu bahwa penguasa Rusia saat ini akan membuang semua yang mereka miliki dan semua orang yang dapat mereka kumpulkan untuk mencoba mengubah gelombang perang dan setidaknya menunda kekalahan mereka," kata Zelenskyy.
“Kita harus menggagalkan skenario Rusia ini. Kita sedang mempersiapkan ini. Para teroris harus kalah. Setiap upaya ofensif baru mereka harus gagal,” lanjutnya.
Militer Ukraina mengatakan telah melancarkan serangan yang mengakibatkan hilangnya peralatan Rusia dan kemungkinan personel di dekat Makiivka.
Namun tidak memberikan rincian lebih lanjut, termasuk informasi mengenai jumlah personel Rusia yang menjadi korban dalam serangan tersebut.
Baca juga: Parlemen Rusia Marah atas Serangan Ukraina di Makiivka yang Tewaskan 63 Tentara Rusia
Blogger nasionalis Rusia dan beberapa pejabat pro-Rusia di Donetsk menyebut jumlah korban tewas di Makiivka mencapai ratusan, meskipun beberapa mengatakan bahwa perkiraan tersebut dibesar-besarkan.
Kondisi di Kota Bakhmut
Panglima angkatan bersenjata Ukraina, Jenderal Valery Zaluzhny, mengatakan situasi di garis depan di dekat kota timur Ukraina, Bakhmut, sangat sulit.
Pasukan Rusia telah berulang kali mencoba merebut Bakhmut dan daerah sekitarnya, tulis Zaluzhny di aplikasi perpesanan Telegram, dengan mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah bertahan.
Sebuah kelompok patriotik yang kurang dikenal yang mendukung para janda tentara Rusia menyerukan Presiden Vladimir Putin untuk memerintahkan mobilisasi besar-besaran jutaan orang dan menutup perbatasan untuk memastikan kemenangan di Ukraina.
Baca juga: Ukraina Balas Serangan Malam Tahun Baru Rusia, Enam Warga Donetsk dan Lugansk Meregang Nyawa
Zelenskyy menegaskan kembali pernyataan Ukraina bahwa Moskow sedang merencanakan mobilisasi skala penuh, sebuah langkah yang menurut pejabat Rusia saat ini tidak dipertimbangkan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington telah melihat laporan "bahwa militer Ukraina menyerang barak militer Rusia yang menyimpan amunisi di dalam wilayah Ukraina" dan menyebabkan banyak kematian di pihak Rusia.
"Kami juga telah membaca laporan bahwa banyak dari tentara ini adalah rekrutan baru," kata juru bicara itu.
Sementara itu, Putin berencana mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan pada hari ini, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, sebuah pembicaraan terbaru dari serangkaian percakapan yang dilakukan kedua pemimpin tersebut sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina.
Turki bertindak sebagai mediator bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun lalu untuk membuat kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina, namun kemungkinan pembicaraan damai yang serius tampaknya akan sulit, terutama karena pertempuran yang terus berkecamuk.
Jenderal Ukraina Zaluzhny, melalui panggilan telepon dengan Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley pada Selasa (2/1/2023), berterima kasih kepada Amerika Serikat karena membantu memastikan penyediaan sistem senjata anti-rudal yang menurut Kyiv semakin banyak melumpuhkan rudal Rusia yang diarahkan ke pembangkit listrik Ukraina.
Zaluzhny mengatakan dia telah membahas peralatan apa yang dibutuhkan Ukraina untuk meningkatkan peluangnya melawan Rusia.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-314: Kyiv Klaim Hancurkan 10 Unit Peralatan Moskow di Makiivka
"Saat ini adalah saatnya, bersama dengan mitra kita, kita harus memperkuat pertahanan kita," kata Zelenskyy.
Sedangkan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan kepada Zelenskyy bahwa ia dapat mengandalkan dukungan Inggris dalam jangka panjang "seperti yang ditunjukkan oleh pengiriman lebih dari 1.000 rudal anti-udara baru-baru ini", kata kantor Sunak pada Selasa.