TRIBUNNEWS.COM - Menjelang liburan tahun baru Imlek, China bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Dikutip The Guardian, liburan yang akan datang juga dikenal sebagai festival musim semi.
Secara resmi, festival musim semi dimulai pada 21 Januari 2023 mendatang.
Media pemerintah ramai membicarakan rumah sakit dan klinik pedesaan yang memperkuat pasokan obat dan peralatan mereka.
"Puncak infeksi Covid di desa kami telah berlalu, tetapi festival musim semi sudah dekat," kata seorang dokter di provinsi Shaanxi dalam sebuah artikel di berita daerah, Red Star News.
"Masih ada warga desa yang tertinggal, terutama orang lanjut usia, yang berisiko terkena infeksi sekunder," imbuhnya.
Baca juga: Kecam Bentrok Pekerja Lokal dan TKA China di PT GNI, PB HMI Soroti Buruknya Pengelolaan Perusahaan
"Kalau anti-virus dan obat lain lebih banyak, saya akan lebih percaya diri," ucap dokter tersebut.
Selain obat demam dan persediaan oksigen, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan akan melengkapi setiap klinik desa dengan oksimeter denyut, alat ujung jari yang biasa digunakan selama pandemi untuk memeriksa kadar oksigen dengan cepat.
2 miliar perjalanan diprediksi banjiri transportasi China
Kementerian transportasi China mengatakan pihaknya memprediksi lebih dari 2 miliar perjalanan dalam pekan selama liburan musim semi.
Stasiun kereta api utama Beijing telah dipadati penumpang yang meninggalkan ibu kota dalam beberapa hari terakhir, menurut saksi mata.
Di kota terpadat di China, Shanghai, kereta malam sementara telah ditambahkan untuk memenuhi permintaan para pelancong yang menuju provinsi Anhui timur, lapor kantor berita resmi China Xinhua.
Baca juga: Presiden Partai Buruh Said Iqbal Soal Rusuh di PT GNI: TKA China Kalau Memerintah itu Pakai Kaki
Sementara itu, kedatangan harian di pusat perjudian Makau melebihi 55.000 pada Sabtu, kedatangan harian tertinggi sejak pandemi dimulai.
Di Hong Kong, pemerintah mengatakan akan meningkatkan jumlah orang yang dapat melewati titik kontrol perbatasan darat yang ditunjuk ke daratan menjadi 65.000 orang per hari dari 50.000 antara 18 Januari dan 21 Januari.
Dilansir Reuters, pihak berwenang mengatakan pada Sabtu (15/1/2023) hampir 60.000 orang dengan Covid telah meninggal di rumah sakit antara 8 Desember dan 12 Januari.
Ini merupakan peningkatan besar dari angka sebelumnya yang telah dikritik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena tidak mencerminkan skala dan tingkat keparahan wabah tersebut.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)