TRIBUNNEWS.COM - Aliansi NATO gagal menyepakati pasokan tank Leopard 2 dari Jerman untuk dikirim ke Ukraina dalam Pertemuan Ramstein.
Kegagalan ini terjadi di tengah ancaman Rusia yang akan meningkatkan serangan jika NATO memasok senjata berat ke Ukraina.
Lebih dari 50 negara aliansi NATO bertemu di Pangkalan Udara Ramstein Amerika di Jerman pada Jumat (20/1/2023).
Pertemuan tersebut kembali menekan Jerman untuk memberikan lampu hijau untuk pengiriman tank Leopard 2 buatan Jerman ke Ukraina.
Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, membantah Jerman secara sepihak memblokir pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina.
Baca juga: Finlandia Siapkan Bantuan Militer 400 Juta Euro untuk Ukraina
Namun, ia mengatakan Jerman akan memulai inventarisasi kendaraannya, jika ada kesepakatan di masa depan.
Mereka juga akan mulai melatih pasukan Ukraina tentang cara menggunakan tank Leopard 2, seperti diberitakan Al Jazeera.
Jerman Ragu Kirim Tank Leopard 2
Pernyataan Boris Pistorius menggambarkan keraguan Jerman untuk mengirim tank Leopard 2 ke Ukraina.
Ia belum memberikan keputusan karena masih mempertimbangkan banyak hal.
“Ada alasan bagus untuk pengiriman dan ada alasan bagus untuk menolak," katanya.
Boris mengaku harus melihat situasi perang Rusia dan Ukraina selama ini.
Ia ingin mempertimbangkan semua pro dan kontra dengan sangat hati-hati.
Tekanan telah meningkat terhadap Jerman untuk menyediakan tank Leopard 2 yang dianggap Ukraina sebagai kunci dalam perang melawan Rusia.
"Kesan ada koalisi yang bersatu dan bahwa Jerman menghalangi adalah salah," kata Boris Pistorius, dikutip dari New York Post.
Meski belum ada keputusan apakah akan mengirim tank Leopard 2, Jerman berjanji akan mengambil keputusan sesegera mungkin.
“Saya sangat yakin akan ada keputusan dalam jangka pendek tapi saya tidak tahu bagaimana keputusan itu nantinya,” ujar Boris Pistorius.
Baca juga: Finlandia Siapkan Bantuan Militer 400 Juta Euro untuk Ukraina
Pasukan Ukraina Berharap dapat Bantuan Senjata Berat
Saat pembicaraan berakhir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui pasukannya harus terus berjuang dengan senjata yang tersisa dan berharap mendapat bantuan senjata berat.
Namun, dia mengatakan pertemuan Ramstein yang diakhiri dengan bantuan miliaran dolar akan memperkuat ketahanan Ukraina.
“Ya, kami masih harus memperjuangkan pengiriman tank modern, tetapi setiap hari kami semakin memperjelas bahwa tidak ada alternatif selain mengambil keputusan tentang tank,” katanya, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Eks Presiden Rusia, Dmitry Medvedev Peringatkan NATO Perang Nuklir Bisa Pecah Jika Moskow Kalah
Ancaman Rusia
Sebelumnya, pihak Rusia mengancam akan meningkatkan serangan ke Ukraina jika NATO mengirim senjata berat ke Ukraina.
Rusia mengatakan Barat yang memasok tank tempur ke Ukraina tidak akan mengubah jalannya perang.
"Kami telah berulang kali mengatakan pasokan semacam itu tidak akan mengubah apa pun secara fundamental, tetapi akan menambah masalah bagi Ukraina dan rakyat Ukraina," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan, Kamis (19/1/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Dmitry Peskov menilai, ada peningkatan keterlibatan negara NATO yang dapat meningkatkan konflik.
“Kami melihat peningkatan keterlibatan tidak langsung dan terkadang langsung dari negara-negara NATO dalam konflik ini," kata Dmitry Peskov.
Dia mengatakan, cara untuk mencegah peningkatan eskalasi adalah menyepakati permintaan Rusia sebelum menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Sebelum meluncurkan invasi, Rusia menyalahkan NATO karena merusak keamanan kawasan Eropa timur.
Rusia meminta NATO dan sekutunya untuk melarang Ukraina dan negara-negara bekas Soviet bergabung dengan aliansi tersebut, dan meminta NATO untuk mengurangi aktivitas di Eropa Timur.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina