News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

NATO Gagal Sepakati Pasokan Tank Leopard Jerman ke Ukraina karena Pro dan Kontra

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tank Tempur Utama (MBT) Leopard milik militer Jerman yang dimodernisasi guna menghadapi kemajuan teknologi tank Rusia seperti tank T-14 Armata. - NATO gagal menyepakati pengiriman tank Leopard 2 dari Jerman ke Ukraina karena Jerman masih pertimbangkan pro dan kontra.

TRIBUNNEWS.COM - Aliansi NATO gagal menyepakati pasokan tank Leopard 2 dari Jerman untuk dikirim ke Ukraina dalam Pertemuan Ramstein.

Kegagalan ini terjadi di tengah ancaman Rusia yang akan meningkatkan serangan jika NATO memasok senjata berat ke Ukraina.

Lebih dari 50 negara aliansi NATO bertemu di Pangkalan Udara Ramstein Amerika di Jerman pada Jumat (20/1/2023).

Pertemuan tersebut kembali menekan Jerman untuk memberikan lampu hijau untuk pengiriman tank Leopard 2 buatan Jerman ke Ukraina.

Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, membantah Jerman secara sepihak memblokir pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina.

Baca juga: Finlandia Siapkan Bantuan Militer 400 Juta Euro untuk Ukraina

Namun, ia mengatakan Jerman akan memulai inventarisasi kendaraannya, jika ada kesepakatan di masa depan.

Mereka juga akan mulai melatih pasukan Ukraina tentang cara menggunakan tank Leopard 2, seperti diberitakan Al Jazeera.

Jerman Ragu Kirim Tank Leopard 2

Pernyataan Boris Pistorius menggambarkan keraguan Jerman untuk mengirim tank Leopard 2 ke Ukraina.

Ia belum memberikan keputusan karena masih mempertimbangkan banyak hal.

“Ada alasan bagus untuk pengiriman dan ada alasan bagus untuk menolak," katanya.

Boris mengaku harus melihat situasi perang Rusia dan Ukraina selama ini.

Ia ingin mempertimbangkan semua pro dan kontra dengan sangat hati-hati.

Tekanan telah meningkat terhadap Jerman untuk menyediakan tank Leopard 2 yang dianggap Ukraina sebagai kunci dalam perang melawan Rusia.

"Kesan ada koalisi yang bersatu dan bahwa Jerman menghalangi adalah salah," kata Boris Pistorius, dikutip dari New York Post.

Meski belum ada keputusan apakah akan mengirim tank Leopard 2, Jerman berjanji akan mengambil keputusan sesegera mungkin.

“Saya sangat yakin akan ada keputusan dalam jangka pendek tapi saya tidak tahu bagaimana keputusan itu nantinya,” ujar Boris Pistorius.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, Kamis (19/1/2023) mengumumkan pemberian paket bantuan militer senilai 2,5 miliar dolar AS untuk Ukraina, mencakup 90 tank Stryker dan 59 kendaraan tempur infanteri Bradley untuk melawan potensi serangan Rusia di Ukraina musim semi ini. (Politico)

Baca juga: Finlandia Siapkan Bantuan Militer 400 Juta Euro untuk Ukraina

Pasukan Ukraina Berharap dapat Bantuan Senjata Berat

Saat pembicaraan berakhir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui pasukannya harus terus berjuang dengan senjata yang tersisa dan berharap mendapat bantuan senjata berat.

Namun, dia mengatakan pertemuan Ramstein yang diakhiri dengan bantuan miliaran dolar akan memperkuat ketahanan Ukraina.

“Ya, kami masih harus memperjuangkan pengiriman tank modern, tetapi setiap hari kami semakin memperjelas bahwa tidak ada alternatif selain mengambil keputusan tentang tank,” katanya, dikutip dari Reuters.

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov (RT.COM)

Baca juga: Eks Presiden Rusia, Dmitry Medvedev Peringatkan NATO Perang Nuklir Bisa Pecah Jika Moskow Kalah

Ancaman Rusia

Sebelumnya, pihak Rusia mengancam akan meningkatkan serangan ke Ukraina jika NATO mengirim senjata berat ke Ukraina.

Rusia mengatakan Barat yang memasok tank tempur ke Ukraina tidak akan mengubah jalannya perang.

"Kami telah berulang kali mengatakan pasokan semacam itu tidak akan mengubah apa pun secara fundamental, tetapi akan menambah masalah bagi Ukraina dan rakyat Ukraina," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan, Kamis (19/1/2023), dikutip dari Al Jazeera.

Dmitry Peskov menilai, ada peningkatan keterlibatan negara NATO yang dapat meningkatkan konflik.

“Kami melihat peningkatan keterlibatan tidak langsung dan terkadang langsung dari negara-negara NATO dalam konflik ini," kata Dmitry Peskov.

Dia mengatakan, cara untuk mencegah peningkatan eskalasi adalah menyepakati permintaan Rusia sebelum menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

Sebelum meluncurkan invasi, Rusia menyalahkan NATO karena merusak keamanan kawasan Eropa timur.

Rusia meminta NATO dan sekutunya untuk melarang Ukraina dan negara-negara bekas Soviet bergabung dengan aliansi tersebut, dan meminta NATO untuk mengurangi aktivitas di Eropa Timur.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini