Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Penjaga pantai Jepang dan Korea Selatan (Korsel) mencari delapan anggota awak dari kapal kargo Jin Tian yang tenggelam di antara Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Sementara itu 14 lainnya berhasil diselamatkan.
"Sebanyak 14 (awak) telah diselamatkan, namun kami belum tahu kondisi dan kewarganegaraan mereka," kata Juru bicara Penjaga Pantai Jepang yang enggan disebutkan namanya.
Ia mengatakan bahwa enam awak telah diselamatkan oleh penjaga pantai Korsel yang membantu operasi tersebut.
Baca juga: 9 Awak Kapal Jin Tian Belum Ditemukan setelah Kapal Tenggelam di Perairan Jepang
"Sebelas dari mereka yang diselamatkan sejauh ini 'tidak sadarkan diri'," kata Penjaga Pantai Jeju.
Ia menambahkan bahwa anggota awak yang diselamatkan kini sedang diangkut ke Nagasaki barat daya Jepang.
Dikutip dari laman Channel News Asia Kamis (26/1/2023), kapal itu mengirim sinyal bahaya pada Selasa malam dari posisi sekitar 110 km barat Pulau Danjo yang terpencil dan tak berpenghuni di barat daya Jepang.
"Tiga kapal swasta berada di daerah itu dan membantu menjemput beberapa awak kapal yang terdampar," jelas Penjaga Pantai Jepang.
Pejabat dari kedua negara itu mengatakan bahwa sebuah pesawat Penjaga Pantai Jepang dan dua kapal berada di lokasi kejadian, dengan tambahan kapal Jepang dan Korsel sedang dalam perjalanan.
"Kapten kapal menggunakan telepon satelit untuk memberikan informasi kepada petugas Penjaga Pantai Korsel bahwa ia dan awak kapal akan meninggalkan kapal yang tenggelam itu pada Rabu pagi," kata Penjaga Pantai Jeju.
Kontak dengan kru kemudian terputus.
Juru bicara pemerintah Jepang Hirokazu Matsuno membenarkan bahwa Penjaga Pantai negara itu bekerja sama dengan pihak berwenang Korsel dalam misi penyelamatan.
Kecelakaan itu terjadi saat hawa dingin melanda sebagian besar Asia, dengan suhu siang hari di beberapa pulau di Jepang yang terdekat dengan lokasi penyelamatan mencapai 3 derajat Celcius.
Baca juga: TNI AL Berhasil Evakuasi 7 ABK Kapal Tenggelam di Selat Durian Karimun
"Jin Tian seberat 6.651 ton terdaftar di Hong Kong dan awak kapal itu terdiri dari 14 warga negara China dan delapan orang dari Myanmar," kata Penjaga Pantai Jepang.
Sebelumnya pada 2020, sebuah kapal kargo dengan 43 awak kapal dan 6.000 ternak di dalamnya tenggelam di lepas pantai barat daya Jepang setelah terjebak dalam badai topan, dua kru selamat.
Kronologi Tenggelamnya Kapal Jin Tian
Kantor berita Kyodo mengatakan awak kapal Jin Tian mengirim panggilan darurat pada Selasa (24/1/2023) malam, seperti diberitakan Al Jazeera.
Mereka mengatakan kapal Jin Tian miring dan banjir karena cuaca ekstrem.
Kapal tenggelam sekitar empat jam setelah panggilan tersebut.
Menurut pejabat Korea Selatan, kapten kapal terakhir berkomunikasi dengan penjaga pantai Pulau Jeju Korea Selatan melalui telepon satelit sekitar pukul 02.41 waktu setempat pada hari Rabu (25/1/2023).
Sang kapten mengatakan awak kapalnya akan meninggalkan kapal dengan sekoci.
Kapal itu benar-benar tenggelam ketika Penjaga Pantai Korea Selatan tiba di lokasi.
Penjaga pantai tidak menemukan siapa pun di dalam tiga rakit penyelamat pertama dan dua sekoci yang mereka cari.
"Penjaga Pantai juga mencari kerja sama dari Pasukan Bela Diri, Penjaga Pantai Korea Selatan, dan kapal-kapal yang berlayar di dekat perairan," kata Hirokazu Matsuno, juru bicara Pemerintah Jepang, dikutip dari Reuters.
Belum ada kabar langsung tentang apa yang menyebabkan kapal Jin Tian yang membawa kayu itu terbalik, seperti diberitakan CNN Internasional.
Insiden itu terjadi saat hawa dingin melanda sebagian besar Jepang dan Korea Selatan.
Dilaporkan, salju lebat turun di beberapa daerah dan suhu siang hari di beberapa pulau terdekat dengan lokasi penyelamatan hanya mencapai 3 Celcius (37 F).
Daerah tempat kapal tenggelam berada di antara Nagasaki dan Pulau Jeju Korea Selatan yang dilanda cuaca ekstrem pada Selasa (24/1/2023).
Penjaga pantai Jepang mengatakan angin kencang pada saat sinyal marabahaya diterima.
Dikatakan segera mengirim kapal patroli dan pesawat ke daerah itu, namun kedatangan mereka tertunda karena cuaca buruk. (Tribunnews.com/Fitri Wulandari/Yunita Rahmayanti)