TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 28 orang, termasuk tentara dan warga sipil, tewas dalam dua serangan oleh penyerang bersenjata di Burkina Faso, sebuah negara di Afrika Barat.
Tentara Burkina Faso mengatakan unit tempur di Falagountou diserang dan 10 tentara pada Senin (30/1/2023).
Dua pejuang dari pasukan sukarelawan dan seorang warga sipil tewas.
Tentara mengatakan 15 mayat penyerang ditemukan setelah serangan itu, dikutip dari Al Jazeera.
Peristiwa itu terjadi setelah serangan maut di wilayah Cascades.
Baca juga: Sulit Listrik, Afrika Selatan Diharapkan Tetap Masuk Agenda Balapan MotoGP 2023
Serangan di Cascades
Serangan di Falagountou terjadi sehari setelah penembakan massal di Cascades, Burkino Faso pada Minggu (29/1/2023).
Dalam pernyataan terpisah, Gubernur wilayah Cascades, Jean Charles dit Yenapono Some mengatakan 15 mayat pria yang merupakan warga sipil ditemukan dalam serangan itu.
Gubernur mengatakan orang-orang bersenjata telah menghentikan dua kendaraan pengangkut yang membawa delapan perempuan dan 16 laki-laki.
Wanita dan satu pria dibebaskan.
“Pada 30 Januari ini, jenazah para korban yang menunjukkan tanda-tanda terkena peluru ditemukan di dekat desa Linguekoro,” kata gubernur dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Toyota Siapkan Strategi untuk Tetap Tumbuh di 2023, Bakal Tambah Negara Tujuan Ekspor di Afrika
Pembunuhan Massal di Burkina Faso
Pembunuhan terbaru terjadi ketika Burkina Faso memerangi kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL yang telah menduduki sebagian besar pedesaan di utara.
Kelompok ekstremis itu mengeksekusi ratusan penduduk desa dan menggusur hampir 2 jutaan orang.
Para militan telah memblokade kota dan desa, memperburuk krisis pangan.
Lebih dari sepertiga wilayah Burkina Faso sekarang berada di luar kendali pemerintah.
Situasi ini terjadi di tengah ketegangan Burkina Faso dan Prancis.
Prancis telah memerangi kelompok pemberontak yang sama di wilayah Sahel.
Kekerasan yang meningkat di Burkina Faso telah membuat tegang hubungan antara kekuatan kolonial sebelumnya dan warga Burkina Faso.
Baca juga: Studi: Afrika Punya Potensi Hidrogen Hijau Senilai 1,06 Triliun Dolar AS
Sebelumnya, pembunuhan massal juga terjadi di Burkino Faso pada 11 Januari 2023, dikutip dari The Defense Post.
Serangan itu terjadi sekitar malam hari Rabu (11/1/2023) di desa Goulgountou di wilayah Sahel Burkina, ketika para teroris tiba dengan sepeda motor dan menggiring jemaah ke dalam masjid.
“Mereka memisahkan wanita, anak-anak dan orang tua dan kemudian berkhotbah untuk mencoba meyakinkan jamaah agar meninggalkan keyakinan mereka.
Awalnya, teroris itu berdiskusi dengan imam.
Namun, imam menolak dieksekusi.
Teroris mencoba membunuhnya, namun sang imam melawan.
Seorang penduduk setempat mengatakan sang imam mengatakan ingin mati berdiri, sehingga teroris menembak kepalanya.
“Delapan jemaah lainnya, terutama tokoh masyarakat, ditembak mati dengan cara yang sama,” kata warga setempat.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Afrika