Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL – Turki memanggil duta besar dari sembilan negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) dan Swedia terkait ancaman keamanan menyusul insiden pembakaran Alquran di Eropa.
Utusan Belgia, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Swiss, dan Inggris juga dipanggil, menurut sumber kementerian luar negeri di Ankara, Kamis (2/2/2023).
Selama dua minggu terakhir, aktivis sayap kanan membakar salinan kitab suci umat Islam, Alquran, di Swedia, Denmark dan Belanda, tindakan yang mendorong Turki menghentikan negosiasi yang dimaksudkan untuk mencabut keberatannya terhadap Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.
Baca juga: PA 212 Ancam Demo Tiap Jumat Jika Swedia Tak Segera Proses Hukum Pembakar Alquran
Negara-negara Eropa telah mengecam insiden tersebut tetapi beberapa mengatakan mereka tidak dapat mencegahnya karena aturan kebebasan berbicara.
Selama sepekan terakhir, Prancis, Jerman, Italia, dan AS termasuk di antara mereka yang mengeluarkan peringatan kepada warganya tentang peningkatan risiko serangan di Turki, khususnya terhadap misi diplomatik dan tempat ibadah non-Muslim.
Jerman, Prancis, dan Belanda termasuk di antara negara-negara yang menutup sementara misi diplomatik di Turki karena alasan keamanan pekan ini. Beberapa mengutip daerah Istanbul tengah yang menjadi perhatian tinggi, tetapi tidak memberikan sumber informasinya.
“Kegiatan simultan semacam itu bukan merupakan pendekatan yang proporsional dan masuk akal serta hanya melayani agenda rahasia organisasi teroris,” kata seorang sumber dari kementerian luar negeri Turki, melansir Straits Times, Jumat (3/2/2023).
Baca juga: Dijaga Aparat Kepolisian, Massa Aksi Bela Alquran Tiba di Kedubes Swedia
Sumber itu menambahkan bahwa keamanan semua misi diplomatik dipastikan sesuai dengan konvensi internasional dan sekutu harus bekerja sama dengan otoritas Turki.
Seperti diberitakan sebelumnya, ketegangan diplomatik meningkat akhir pekan lalu ketika Turki menanggapi peringatan keamanan awal AS dengan memperingatkan warganya terhadap "kemungkinan serangan Islamofobia, xenofobia, dan rasis" di Amerika Serikat dan Eropa.