News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pasok Banyak Senjata ke Ukraina, Rusia Murka Sebut NATO-AS 'Kompor Perang'

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rusia meluncurkan serangan rudal besar-besaran terhadap fasilitas infrastruktur kritis di Ukraina semalam hingga Kamis, menembakkan sedikitnya 32 rudal.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Diplomat Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy menyebut Amerika Serikat dan para anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai kompor perang, karena terus melanggar ‘garis merah’ dalam perang Ukraina.

Kalimat tersebut dilontarkan Polyanskiy setelah pejabat negaranya murka atas sikap AS dan sekutu yang belakangan gencar menyuplai pasokan arteri perang termasuk jet tempur nuklir dan sistem roket HIMARS untuk Ukraina.

Rusia menilai tindakan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara anggota NATO telah melewati batas, karena dapat memicu situasi panas antara Moskow dan Kiev. Polyanskiy bahkan menyebut tindakan AS CS bak "menuangkan minyak ke dalam api".

Baca juga: Rentetan Serangan Rudal Rusia Hujani Fasilitas Infrastruktur Ukraina

“Semua garis merah telah dilewati oleh negara-negara Barat. Sudah ada keterlibatan semi-langsung NATO dalam konflik. Bukan hanya persenjataan, tetapi juga intelijen dan itu akan mempengaruhi hubungan masa depan kita dengan negara-negara yang terlibat " ujar Polyanskiy, seperti dikutip Newsweek.

Sebelum AS dan anggota NATO mengobarkan perang proxy dengan menyuplai ribuan arteri perang ke Ukraina, Kremlin telah berulang kali memperingatkan Barat untuk berhenti memprovokasi Rusia.

Namun peringatan tersebut tak kunjung dihiraukan Barat, alasan ini yang mendorong Rusia untuk memperketat intervensi perang. Rusia bahkan mengancam akan membalas tindakan Barat secara militer apabila mereka terus mengobarkan perang proxy.

"Jika Anda berurusan dengan kekuatan nuklir dan jika Anda bertujuan untuk menggagalkan kekuatan nuklir ini, Anda mesti memikirkan semua kemungkinan tanggapan dari kami," jelas Polyanskiy.

Daftar senjata Kiriman AS dan NATO

Pada awal tahun ini, AS dilaporkan telah menyumbangkan paket bantuan pertahanan tambahan senilai 2,5 miliar dolar AS untuk Ukraina.

Bantuan itu mencakup Ranpur Infanteri Bradley, tank lapis baja Stryker, 30 tank M1 Abrams serta 20.000 butir peluru artileri dan 600 peluru 155 mm. Serta peralatan pendukung untuk sistem pertahanan udara Patriot, amunisi berpemandu presisi dan senjata anti-tank Javelin.

Menyusul langkah AS, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengkonfirmasi negaranya tengah bersiap untuk mengirim 14 tank Leopard 2. Jerman juga mengizinkan ekspor tank buatan mereka melalui negara ketiga untuk dikirim ke Ukraina,

Baca juga: Rusia akan Permudah Syarat Visa Turis bagi Negara Bersahabat, Termasuk Indonesia

Diikuti Inggris yang mengirimkan tank tempur Challenger 2, Prancis yang memasok Ukraina dengan ranpur baja AMX-10, serta belasan tank Leopard 2 yang dikirimkan dari Polandia serta 16 negara Eropa lainnya, seperti yang dikutip dari BBC International.

Rusia Persiapkan Pertarungan Besar

Tak lama setelah AS dan NATO mengumumkan paket bantuan anyar bagi Ukraina, pemerintah Rusia dikabarkan tengah mempersiapkan serangan besar – besaran ke Ukraina untuk memecahkan kebuntuan di medan perang.

Laporan itu selaras dengan aduan intelijen NATO yang mengindikasikan Moskow sedang mengumpulkan jet tempur dan helikopter di dekat perbatasan, serta memobilisasi sekitar 500 ribu tentara baru.

Baca juga: 6 Balon Mata-mata Rusia Ditembak Jatuh di Kota Kyiv Ukraina, Disebut Gantikan Drone Pengintai

Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov mengklaim langkah ini diambil Rusia untuk menstabilkan front dan mempersiapkan serangan balasan menjelang peringatan satu tahun invasi.

Meski ancaman Rusia kian di depan mata, namun Rezniko menilai bahwa negaranya akan tetap memenangkan pertempuran lantaran invasi di kawasan pusat perkotaan Donbas saat ini tengah menghadapi jalan buntu karena Rusia terus gagal merebut kembali Kherson dari tangah Ukraina.

“Saya memiliki keyakinan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun kemenangan militer,” kata Reznikov.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini