TRIBUNNEWS.COM - Seorang mantan satpam di Kedutaan Besar Inggris di Berlin, Jerman, David Ballantyne Smith (58), dijatuhi hukuman lebih dari 13 tahun penjara pada Jumat (17/2/2023).
David Ballantyne Smith dipenjara atas tuduhan menjadi mata-mata Rusia dan dapat menjalani hukuman di Inggris atau Jerman.
David Ballantyne Smith mengaku menyerahkan materi sensitif ke Kedutaan Besar Rusia di Berlin.
Ia kemudian ditangkap dalam operasi tangkap tangan pada tahun 2021.
Hakim di Pengadilan Justice Wall, London, menghukumnya 13 tahun dan dua bulan penjara.
"Anda dibayar oleh Rusia untuk pengkhianatan Anda," kata hakim, dikutip dari The Moscow Times.
Baca juga: AS Sebut 30 Ribu Tentara Bayaran Wagner Jadi Korban Perang Rusia Vs Ukraina
Hakim menambahkan, motifnya adalah untuk merusak kepentingan Inggris.
Sehari sebelumnya, hakim menolak klaim Smith yang mengatakan dia telah memberikan informasi ke Rusia hanya dua kali untuk mempermalukan Inggris.
"Smith dimotivasi oleh antipatinya terhadap Inggris dan bermaksud merusak kepentingan negara ini dengan bertindak seperti yang dia lakukan," kata hakim.
Jaksa mengatakan Smith pertama kali menulis ke Kedutaan Besar Rusia pada tahun 2020.
Ia mengungkapkan rincian staf Kedutaan Besar Inggris dan menyarankan kontak lebih lanjut.
Otoritas Inggris dan Jerman kemudian membentuk plot untuk mencoba menangkap Smith saat beraksi.
Smith, yang ditangkap pada Agustus 2021, kemudian diekstradisi ke Inggris.
Smith mengatakan kepada pengadilan minggu ini, dia merasa malu ketika melihat staf Kedutaan Besar Inggris yang dia khianati.
Ia mengklaim hanya ingin menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa malu pada Inggris.
Baca juga: Menjelang 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Berikut Rangkuman Peristiwa Sejak Februari 2022
Mengaku Depresi
Smith, yang berasal dari Paisley, Skotlandia, mengaku depresi, kesepian, dan minum hingga tujuh liter sehari.
Dalam kondisi depresi, dia mulai membocorkan rahasia kedutaan dalam upaya untuk menimbulkan rasa malu bagi Inggris.
"Adalah tugas Anda untuk memastikan Kedutaan Inggris aman dan stafnya aman. Itu adalah pelanggaran kepercayaan yang paling jelas diberikan kepada Anda," kata hakim selama hukuman yang disiarkan televisi.
Dia mengatakan pengumpulan informasi Smith yang gigih, telah menyebabkan kecemasan dan stres bagi staf kedutaan dan keluarga mereka.
Hakim mengatakan Smith dibayar oleh Rusia untuk pengkhianatannya.
Namun, pengadilan tidak memiliki bukti pembayaran sejumlah uang dari Rusia untuk Smith.
Baca juga: Zelensky Desak Sekutu Barat segera Kirim Senjata ke Ukraina demi Gagalkan Ambisi Rusia
Beri Informasi Rahasia ke Rusia
Dalam aksinya sebagai mata-mata Rusia, Smith mengambil foto dan dokumen dari meja dan laci, serta merekam rekaman CCTV.
Dia memberikan nama, foto, dan detail pribadi staf kedutaan kepada pejabat Rusia, dikutip dari Sky News.
Smith juga mengirim dokumen rahasia termasuk korespondensi dengan Perdana Menteri Boris Johnson saat itu.
Dia juga memfilmkan jalan-jalan ekstensif di sekitar kedutaan yang mengungkapkan tata letak gedung dan kantornya.
"Mata-mata Smith dapat merusak negosiasi perdagangan internasional Inggris dan terjadi pada saat Inggris "memanggil" tindakan Rusia, termasuk mengumpulkan sejumlah besar pasukan di perbatasan Ukraina," kata hakim.
Baca juga: Hari ke-360 Konflik Rusia-Ukraina: Putin dan Zelensky Sepakat Lakukan Pertukaran 202 Tahanan Perang
Dukung Invasi Rusia di Ukraina
Hakim Justice Wall mengatakan Smith mengembangkam perasaan anti-Inggris dan anti-Barat yang jelas, dikutip dari Sky News.
Ia menyebut ini adalah penyebab langsung dari pelanggaran tersebut.
Seorang kolega pernah mendengar Smith mengkritik Inggris dan Jerman.
Kolega itu merasa Smith bersimpati kepada Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Dia mengaku secara terbuka mendukung pasukan yang didukung Rusia di wilayah Donbas di Ukraina.
Meski Smith dihukum atas kejahatan mata-mata yang dilakukan pada 2020-2021, hakim yakin Smith mulai mengumpulkan informasi pada tahun 2018.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina