Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Kehangatan hubungan Rusia dan China terlihat ketika Presiden Vladimir Putin mengadakan pembicaraan dengan diplomat top China Wang Yi dan menyebut pentingnya kerja sama kedua negara tersebut.
Melansir dari Al Jazeera, sebuah foto menunjukkan Wang dan Putin saling berjabat tangan dan duduk berseberangan satu sama lain selama pertemuan mereka pada Rabu (22/2/2023).
Foto lainnya menunjukkan Wang, pejabat kebijakan luar negeri paling senior di Partai Komunis China, tampak santai saat berjalan bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Kunjungan Wang ke Moskow, di akhir tur kunjungannya ke sejumlah negara Eropa, terjadi hampir setahun setelah Putin memerintahkan pasukan Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, memulai konflik yang telah menewaskan ribuan orang, memaksa jutaan orang melarikan diri dan meninggalkan kota-kota di Ukraina.
Baca juga: Penjelasan Kesepakatan Nuklir New START dan Alasan Presiden Rusia Vladimir Putin Menangguhkannya
Perang itu juga memperlebar perpecahan antara Rusia dan negara-negara demokrasi liberal, kebanyakan di Barat, yang mendukung Ukraina dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Hubungan antara China dan Amerika Serikat juga berada di bawah tekanan serius.
Mengenai peningkatan ketegangan internasional, Putin mengatakan “dalam konteks ini, kerja sama antara Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia di arena global sangat penting untuk menstabilkan situasi internasional”.
Hubungan antara China dan Rusia telah mencapai "batas baru", kata Putin, membenarkan bahwa Presiden China Xi Jinping akan segera melakukan perjalanan ke Moskow. Kedua pemimpin itu telah bertemu puluhan kali sejak Xi menjadi presiden China.
Sebelumnya, Wang mengadakan pembicaraan dengan menteri luar negeri Rusia pada Rabu.
“Hubungan kami terus berkembang secara dinamis dan meskipun ada turbulensi tinggi di arena global, kami telah menunjukkan kesiapan untuk berbicara membela kepentingan satu sama lain,” kata Lavrov.
Wang menanggapi pernyataan petinggi Rusia dengan baik, menggarisbawahi fokus Beijing untuk memperdalam hubungan dengan Moskow. Kementerian luar negeri Rusia mengatakan tidak ada diskusi tentang rencana perdamaian yang diklaim China untuk Ukraina.
China menggemakan klaim Moskow bahwa AS dan NATO harus disalahkan atas konflik tersebut, karena "memprovokasi" Kremlin.
Sedangkan Rusia dengan gigih mendukung China di tengah ketegangan dengan AS atas Taiwan dan masalah lainnya, seperti di wilayah Xinjiang, di mana PBB menemukan kejahatan terhadap kemanusiaan yang kemungkinan telah dilakukan.
Namun beberapa analis mengatakan, sementara China telah menekankan hubungan dekatnya dengan Moskow, Beijing juga mewaspadai meningkatnya ketegangan dengan Barat ketika negara itu perlu meningkatkan ekonominya setelah masa lockdown yang berkepanjangan dari kebijakan nol-COVID yang sekarang sudah tidak berlaku.