Pejabat dari departemen pendidikan mengklaim bahwa setidaknya beberapa gadis yang jatuh sakit memiliki gejala "histeria massal".
Menteri Pendidikan, Yousef Nouri, mengatakan 95 persen anak perempuan yang pergi ke rumah sakit atau pusat kesehatan tidak memiliki masalah medis.
Nouri mengimbau orang tua hanya untuk memperhatikan informasi yang disampaikan oleh media resmi yang dapat dipercaya.
Ia menambahkan bahwa wajar jika musuh bersekongkol untuk menutup sekolah dan menghentikan siswa belajar.
Pernyataannya muncul segera setelah kementerian kesehatan Iran menerbitkan laporan pertama atas dugaan keracunan.
Panitia mengumumkan bahwa beberapa siswa terpapar zat iritan yang sebagian besar terhirup.
Baca juga: Kepala IAEA Rafel Grossi dan Pejabat Iran Bertemu Bahas Kesepakatan Nuklir
Pejabat Iran juga mengklaim individu yang terlibat dalam protes baru-baru ini menggunakan anak-anak mereka untuk membawa racun ke sekolah-sekolah dan kemudian memfilmkan anak-anak sekolah yang diracuni sebelum mengirimkan rekamannya ke stasiun berita asing.
Penjelasan tersebut, menyiratkan bahwa para pengunjuk rasa bersedia membahayakan anak-anak mereka sendiri dalam upaya merusak revolusi Iran.
Tidak ada detail yang diberikan di samping klaim ini.
Pernyataan Ayatollah Ali Khamenei tersebut merupakan pengakuan yang signifikan bahwa publik sangat prihatin dengan apa yang terjadi.
Sebelumnya, pemerintah tidak banyak bicara tentang insiden murid perempuan yang keracunan, yang dimulai November 2022 lalu.
Juru bicara departemen luar negeri AS, Ned Price, mengatakan jika peracunan telah terjadi dan dalam beberapa hal terkait dengan menekan protes perempuan, maka akan sah jika penyelidikan dipimpin PBB.
Tiga Jurnalis Diinterogasi
Pada hari Senin (6/3/2023), 3 jurnalis dan 3 pembangkang, termasuk seorang pensiunan akademisi, dipanggil untuk diinterogasi setelah menantang pemerintah mengenai penanganan kasus tersebut.