News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Bill Clinton Ungkap Penyesalan atas Kesepakatan Rusia-Ukraina yang Buat Kyiv Serahkan Senjata Nuklir

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat.

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden AS Bill Clinton mengungkapkan penyesalan atas perannya dalam menekan Ukraina untuk menerima perjanjian perlucutan senjata nuklir selama masa kepresidenannya pada tahun 1994.

Bill Clinton berbicara kepada layanan berita Irlandia RTÉ pada hari Selasa (4/4/2023).

Clinton mengatakan dirinya merasakan "pertaruhan pribadi" dalam nasib Ukraina saat berjuang untuk menangkis invasi Rusia di bawah Vladimir Putin.

Menurutnya, Rusia tidak akan menginvasi Ukraina pada 2014 dan pada 2022 jika Kyiv masih dipersenjatai dengan senjata nuklir.

"Saya merasa dipertaruhkan secara pribadi karena saya membuat mereka [Ukraina] setuju untuk menyerahkan senjata nuklir mereka," kata Clinton.

"Dan tak satu pun dari mereka percaya bahwa Rusia akan melakukan aksi ini jika Ukraina masih memiliki senjata mereka."

Baca juga: Media Turki Sebut NATO Tidak Hanya Targetkan Rusia, Namun Juga Turki

Bill Clinton adalah presiden AS yang menjabat saat negosiasi berisiko tinggi pada tahun 1994.

Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menghapus senjata nuklir yang ditempatkan di Ukraina setelah jatuhnya Uni Soviet.

Pertemuan itu menghasilkan Pernyataan Trilateral, yang sebagian memperdagangkan senjata nuklir Ukraina untuk jaminan keamanan.

Ukraina akhirnya menyetujui perlucutan senjata dalam Memorandum Budapest akhir tahun itu.

Dalam perjanjian itu, Rusia juga harus menghormati perbatasan Ukraina dan hak Ukraina untuk memerintah sendiri.

Mantan Presiden AS Bill Clinton berpidato pada upacara pemakaman mendiang pemimpin Hak Sipil John Lewis di State Capitol di Atlanta, Georgia pada 30 Juli 2020. (AFP)

Baca juga: Presiden Belarus Tuduh Polandia Rencanakan Invasi, Ancam akan Sebar Nuklir Strategis Rusia

Menurut Clinton, dirinya sekarang merasa picik, karena Rusia ternyata melanggar kesepakatan itu pada 2014 dengan merebut Krimea dan sekali lagi dalam invasi terbarunya tahun 2022.

"Saya tahu bahwa Presiden Putin tidak mendukung perjanjian yang dibuat Presiden Yeltsin untuk tidak pernah mencampuri batas wilayah Ukraina."

"Perjanjian itu dia buat karena dia ingin Ukraina menyerahkan senjata nuklir mereka," kata Clinton.

"Ukraina takut menyerahkannya karena mereka pikir itulah satu-satunya hal yang melindungi mereka dari ekspansionis Rusia."

Pada bulan Februari 2022, anggota parlemen Ukraina Oleksiy Goncharenko mengatakan kepada Fox News bahwa jaminan yang diberikan Ukraina pada tahun 1994 atas penyerahan senjata nuklirnya tidak ditepati oleh seluruh dunia.

Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat.  (Photo by Russian Defence Ministry / AFP) (AFP/-)

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-407 Invasi: Spanyol Kirim Tank Leopard 2A4 ke Ukraina Bulan Ini

"Di mana jaminan ini? Sekarang kami dibom dan dibunuh," katanya.

Namun, ada pula yang beranggapan Ukraina tetap tidak bisa terhindar dari invasi Rusia meskipun mempertahankan senjata nuklirnya.

Clara Guest, seorang asisten peneliti dalam keuangan proliferasi di King's College London menulis pada Maret 2022 bahwa Ukraina tidak akan mampu mempertahankan senjata tersebut atau membuat yang baru.

"Ukraina tidak akan pernah mampu mempertahankan senjata dan fasilitas nuklirnya atau memproduksi komponen baru," tulisnya, beralasan kurangnya dana Ukraina untuk upaya tersebut.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini