TRIBUNNEWS.COM -- Tentara Republik Nasional (NRA) divisi St. Petersburg disebut-sebut berada di belakang pembunuhan blogger militer asal Rusia, Vladlen Tatarsky.
NRA mengakui hal tersebut berdasarkan pernyataan Telegram yang dibagikan oleh mantan Deputi Duma Negara Rusia Ilya Ponomarev.
Ponomarev, mantan pejabat Kremlin yang telah dicap sebagai pengkhiat dan "agen asing" oleh Moskow, sebelumnya mengaku sebagai juru bicara NRA, meski tidak ada bukti konklusif bahwa kelompok tersebut benar-benar ada.
Baca juga: Kronologi Pengeboman yang Tewaskan Vladlen Tatarsky, Tersangka Mengaku Dijebak
Menurut pernyataan itu, NRA melakukan serangan terhadap "sekelompok aktivis Z dan secara pribadi melawan pelaku pembakaran dan propagandis terkenal, penjahat perang Maksim Fomin," mengacu pada nama asli Tatarsky.
Dikutip dari Russia Today, kelompok tersebut bersikeras bahwa pengeboman itu "dipersiapkan dan dilakukan oleh kami secara mandiri", dan tanpa bantuan dari pasukan asing atau layanan khusus.
NRA juga membantah keterlibatan Darya Trepova yang merupakan tersangka utama pembunuhan blogger tersebut.
Tatarsky tewas dalam ledakan bom pada hari Minggu saat bertemu dengan para pengikutnya di sebuah kafe di pusat bersejarah St. Petersburg.
Trepova telah memberinya sebuah patung berisi bahan peledak, yang meledak tak lama kemudian, membunuhnya di tempat dan melukai sekitar 40 orang lainnya.
Pada hari Selasa, wanita berusia 26 tahun itu didakwa melakukan tindakan terorisme saat beroperasi sebagai bagian dari kelompok terorganisir, serta perdagangan ilegal bahan peledak.
Sebelumnya, NRA juga mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Darya Dugina Agustus lalu.
Pejabat Rusia mengklaim bahwa pembunuhan Tatarsky dan Dugina adalah serangan teroris yang didalangi oleh Ukraina dan layanan khususnya.
Baca juga: Rusia Tangkap Seorang Wanita Terkait Kematian Blogger Militer Vladlen Tatarsky
Keberadaan NRA atau keterlibatannya dalam serangan tersebut belum dikonfirmasi secara independen, dan satu-satunya orang yang mengaku pernah melakukan kontak dengan mereka adalah Ponomarev.
Ponomarev menjabat sebagai wakil di Duma Negara Rusia, majelis rendah parlemen, antara 2007 dan 2016. Namun, setelah menolak reunifikasi Rusia dengan Krimea pada 2014, dia pindah ke AS.
Satu tahun kemudian, dia muncul sebagai tersangka utama dalam kasus penggelapan uang di Rusia, dan ditangkap secara in absentia dan dimasukkan dalam daftar buronan internasional.