News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Trending

Soal Rincian Bantuan ke Ukraina Bocor, Diubah Tampak Seperti Pembaruan Harian

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Segel Departemen Pertahanan AS (DOD) terlihat pada kuliah di ruang pengarahan media di Pentagon 12 Desember 2013 di Washington, DC. Foto AFP/Paul J. Richards

TRIBUNNEWS.COM - Dokumen militer yang bersifat rahasia milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau lebih dikenal sebagai Pentagon dilaporkan bocor di platform media sosial.

Dokumen rahasia itu tersebar di Twitter dan Telegram.

Saat ini, Pentagon sedang menyelidiki pelanggaran keamanan tersebut.

Dikatakan, dokumen rahasia itu berisi rincian rencana rahasia Amerika dan NATO untuk memasok bantuan ke Ukraina di tengah kekhawatiran meningkatnya serangan Rusia di Kyiv.

Laporkan berisi bagan dan detail tentang pengiriman senjata yang diantisipasi, kekuatan batalion, dan informasi sensitif lainnya, New York Times melaporkan.

Menurut analis milite tampaknya dokumen Pentagon diubah di beberapa bagian dari format aslinya.

Baca juga: Rencana Perang AS-NATO di Ukraina Bocor, Ungkap Pengintaian terhadap Rusia

Isinya juga melebih-lebihkan perkiraan Amerika tentang korban perang Ukraina dan meremehkan perkiraan tentara Rusia yang terbunuh.

Laporan mengatakan bahwa modifikasi tersebut dapat menunjukkan upaya disinformasi yang diotaki oleh Moskow, lapor Guardian.

“Kami mengetahui laporan postingan media sosial dan departemen sedang meninjau masalah tersebut,” kata Sabrina Singh, wakil sekretaris pers di Pentagon, saat para pejabat bekerja untuk menghapusnya, dikutip dari CNBC.

NYT mengatakan dokumen-dokumen itu, yang berumur lima minggu, dengan setidaknya satu membawa label "sangat rahasia", tidak berisi rincian kapan, bagaimana, atau di mana Ukraina bermaksud melancarkan serangan balasannya.

Namun, menurut para analis, kebocoran itu merupakan "pelanggaran signifikan terhadap intelijen Amerika dalam upaya membantu Ukraina".

Baca juga: Wagner Klaim Rusia Kuasai Kota Bakhmut, Barat Sebut Ukraina Belum Terkalahkan

Segel Departemen Pertahanan AS (DOD) terlihat pada kuliah di ruang pengarahan media di Pentagon 12 Desember 2013 di Washington, DC. Foto AFP/Paul J. Richards (Paul J. RICHARDS / AFP)

Jadwal pelatihan 12 brigade tempur  Ukraina

Salah satu dokumen, yang beredar di saluran pemerintah pro-Rusia, merangkum jadwal pelatihan 12 brigade tempur Ukraina.

Disebutkan sembilan dari mereka sedang dilatih oleh pasukan AS dan NATO, dan membutuhkan 250 tank dan lebih dari 350 kendaraan mekanis. kata surat kabar.

Rincian tingkat penggunaan amunisi

Dokumen rahasia juga memuat perincian tentang tingkat pengeluaran amunisi di bawah kendali militer Ukraina, termasuk untuk sistem roket Himars, sistem roket artileri buatan AS yang terbukti sangat efektif melawan pasukan Rusia.

Menurut pejabat kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak, kebocoran itu merupakan bagian dari operasi disinformasi Rusia untuk menyebarkan keraguan tentang serangan balasan Ukraina.

Baca juga: Mata-mata AS Ditemukan Tewas di Tempat Parkir Pentagon

Podolyak mengatakan kepada Reuters bahwa data yang bocor berisi "informasi fiktif dalam jumlah yang sangat besar".

"Rusia berusaha merebut kembali inisiatif dalam invasinya," ungkapnya.

Reaksi Ukraina

Meskipun demikian, para pemimpin Ukraina bertemu untuk membahas cara mencegah kebocoran rencana pertahanan mereka, kantor presiden mengumumkan pada hari Jumat.

Dalam perkembangan terpisah pada hari Jumat, Rusia tampaknya telah memperoleh keuntungan penting di Bakhmut.

Dilaporkan bahwa pasukan Ukraina yang kalah persenjataan bertahan meskipun Moskow memiliki keunggulan jumlah.

Pertempuran untuk Bakhmut telah berkecamuk selama tujuh bulan, dengan ribuan orang tewas dan ratusan bangunan runtuh atau hangus.

Baca juga: Pentagon Rilis Selfie Pilot AS yang Terbang di Atas Balon Mata-mata China Sebelum Ditembak Jatuh

Beberapa warga sipil yang tersisa telah dikurung di ruang bawah tanah selama berbulan-bulan tanpa aliran air, listrik atau gas.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini