News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gara-gara Argumen Macron, Menlu Jerman Langsung Terbang ke China

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto selebaran dari Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan yang diambil pada 9 April 2023 ini menunjukkan tentara Taiwan mengoperasikan tank selama latihan di lokasi yang dirahasiakan di Taiwan, saat China melakukan latihan militer di sekitar pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu. - China dijadwalkan mengadakan latihan tembakan langsung pada 10 April untuk mengakhiri latihan militer tiga hari sebagai tanggapan atas pertemuan presiden Taiwan dengan ketua DPR AS. (Photo by HANDOUT / Taiwan's Ministry of National Defense / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, TIANJIN - Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock telah secara signifikan 'menjauhkan' negaranya dari argumen Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Uni Eropa (UE) membutuhkan lebih banyak 'otonomi strategis' dari Amerika Serikat (AS) saat berhadapan dengan China.

Seperti yang dilaporkan media Politico pada Kamis kemarin.

"Saat ini kami melihat betapa pentingnya memiliki mitra di seluruh dunia yang berbagi nilai-nilai kami, di sisi kami saat kami menghadapi ancaman keamanan kami sendiri," kata Baerbock di Tianjin, perhentian pertamanya dalam perjalanan tiga harinya ke China.

Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (14/4/2023), ia mengacu pada AS dan konflik yang sedang berlangsung di mana Jerman dan sebagian besar negara Uni Eropa (UE) secara terbuka mendukung Ukraina melawan Rusia.

"Itulah mengapa sangat penting bagi kami, karena kami rentan sebagai Jerman dan sebagai Uni Eropa, sehingga kami tidak dapat mengabaikan ketegangan di Selat Taiwan," tegas Baerbock.

Taiwan dijalankan oleh keturunan nasionalis China yang kalah, yang dievakuasi oleh pasukan Amerika dari daratan pada 1949.

Posisi China yang dikenal sebagai 'One China' adalah bahwa Taiwan adalah wilayah berdaulat China yang perlu diintegrasikan kembali, jika memungkinkan secara damai.

Sementara AS dan UE secara resmi mendukung posisi ini, beberapa pejabat tinggi bahkan telah menuduh China ingin 'menyerang' pulau tersebut dan mendesak Barat untuk mempersenjatai Taiwan yang 'demokratis' melawan China yang 'otokratis'.

Macron mengunjungi Chinapada minggu lalu dan berusaha menekan China agar berpihak pada Barat dan melawan Rusia. 

Dalam perjalanan kembali ke Paris, ia mengatakan kepada wartawan bahwa UE seharusnya tidak 'mengambil bagian dari agenda AS' saat menyoroti persoalan Taiwan dan menghadapi 'risiko besar' dengan terlibat 'dalam krisis yang bukan milik kita'.

Setelah mengkritik AS, Macron pun menggandakan komentarnya, mengatakan Prancis adalah sekutu AS, dan bukan 'pengikut' yang tidak dapat mengungkapkan pikirannya.

Saat beberapa pejabat Prancis dan UE telah mendukung sentimen Macron, AS bergegas meminta Perdana Menteri (PM) Polandia mendukung supremasi AS di benua itu.

Baca juga: Pesawat dan Kapal China Tetap Berada di Sekitar Taiwan, Meski Latihan Militer Telah Berakhir

Baerbock pun menegaskan bahwa Jerman dan Prancis berbagi posisi yang sama dalam hubungan dengan China, karena 'kami berkoordinasi begitu erat di UE seperti dengan teman-teman kami di Prancis'.

Namun, ia juga berpendapat bahwa UE sangat peduli dengan 'akses bebas di Selat Taiwan', karena sebagian besar perdagangan dunia, termasuk 70 persen dari semua semikonduktor melewati wilayah tersebut.

Ia juga mengatakan bahwa Jerman memiliki beberapa 'ketergantungan' pada China yang 'tidak sehat', membandingkannya dengan hubungan Jerman sebelumnya dengan Rusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini