Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Presiden China Xi Jinping menjalani beberapa minggu yang sibuk. Sejak akhir bulan lalu, Xi telah menjamu kepala negara dan kepala pemerintahan dari berbagai negara termasuk dari Spanyol, Singapura, Malaysia, Prancis, dan Uni Eropa.
Dikutip dari CNN, hal ini dianggap sebagai aktivitas diplomatik yang tidak biasa, yang terjadi ketika berbagai negara memandang Beijing karena ekonomi global tersendat-sendat setelah pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina.
Daftar pemimpin negara yang bertemu Xi Jinping semakin bertambah, ketika Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva mengunjungi China pada Jumat (14/4/2023).
Baca juga: Dokumen Rahasia Pentagon: China Setuju Kirim Senjata untuk Rusia, tapi Minta Pengiriman Dirahasiakan
Lula da Silva diperkirakan akan menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral dengan Xi, dan seperti beberapa pemimpin sebelumnya, dia tiba dengan harapan untuk membuat kemajuan dalam mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
Namun bagi Xi, kunjungan para pemimpin ini, yang melakukan perjalanan meskipun China menolak untuk mengutuk invasi Rusia, juga merupakan kesempatan untuk menegaskan visinya bagi tatanan global yang tidak didikte oleh peraturan Amerika dan melawan ancaman yang dirasakan.
Hal ini sangat mendesak bagi pemimpin China sekarang, kata para pengamat.
Tiga tahun diplomasi yang berkurang karena kontrol Covid-19 yang ketat di China ditambah dengan tantangan ekonomi, persaingan yang mengakar dengan Amerika Serikat, dan meningkatnya kekhawatiran Eropa tentang kebijakan luar negeri Beijing telah membuat Xi berada di bawah tekanan untuk bertindak.
"(Para pemimpin Tiongkok) percaya bahwa sekarang adalah waktunya bagi Tiongkok untuk membuat rencana strategisnya," kata seorang profesor hubungan internasional di Nanyang Technological University, Singapura, Li Mingjiang.
"Hasil yang berpotensi baik adalah melemahkan aliansi Amerika... jadi itulah mengapa kita melihat upaya-upaya yang cukup berat yang dilakukan oleh Beijing untuk mencoba menstabilkan dan meningkatkan hubungan dengan negara-negara Eropa, dan juga mencoba meningkatkan dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara berkembang," tambahnya.
Pertemuan Pemimpin Negara dengan Xi Jinping
Ketika para pemimpin dunia kembali ke Beijing di tengah-tengah kekhawatiran internasional atas meningkatnya hubungan China-Rusia dan intimidasi Beijing terhadap Taiwan, Xi telah menggunakan kesempatan ini untuk menyisipkan kritik terselubung terhadap AS.
Baca juga: Argumen Emanuel Macron Bikin Menlu Jerman Buru-buru Terbang ke China
Saat Xi berbicara dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada akhir bulan lalu, dia menekankan negara-negara Asia harus bersama-sama bersikap "dengan tegas menentang penindasan, pemisahan atau pemutusan rantai industri dan pasokan".
Sementara ia mendesak Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim untuk "dengan tegas menentang mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok".