TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Orang-orang yang tertekan oleh inflasi dan menuntut keadilan ekonomi turun ke jalan di seluruh Asia, Eropa dan Amerika pada Senin kemarin untuk memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day.
Aksi ini dilakukan dalam luapan ketidakpuasan pekerja yang belum pernah terlihat sejak diterapkannya sistem penguncian (lockdown) virus corona (Covid-19) di seluruh dunia.
Dikutip dari laman AP News, Selasa (2/5/2023), pada parade May Day tahun ini, Polisi Prancis menghadapi aksi pengunjuk rasa radikal dan pembuat onar yang menghancurkan bank serta jendela toko, juga melakukan pembakaran.
Ini terjadi saat serikat pekerja mendesak Presiden Emmanuel Macron untuk membatalkan usia pensiun yang lebih tinggi.
Baca juga: Peringatan May Day Usai, Puluhan Buruh di Patung Kuda Monas Menari dan Putar Lagu Internasionale
Saat May Day ditandai di seluruh dunia sebagai perayaan hak-hak buruh, aksi unjuk rasa tahun ini menimbulkan frustrasi yang lebih luas.
Aktivis iklim menyemprot sebuah museum di Paris, dan pengunjuk rasa di Jerman berdemonstrasi menentang kekerasan yang menargetkan perempuan dan kelompok LGBTQ+.
Di seluruh dunia, parade May Day tahun ini dianggap sebagai cara untuk melepaskan rasa frustrasi yang terpendam setelah tiga tahun pembatasan Covid-19.
Sumber: https://apnews.com/article/may-day-celebrations-labor-conditions-wages-046a06a418c3d180eaf39ff9c9e97d18