TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali berharap adanya bantuan
kemanusiaan dari komunitas internasional pada masa konflik perang saudara di negaranya.
Dalam konferensi pers yang digelar rumah dubes Sudan di Kuningan Jakarta, Yassir menyatakan
beberapa fasilitas rumah sakit di Khartoum telah hancur imbas gencatan senjata.
"Kami membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak, terutama bagi mereka yang terluka," kata Yassir, Rabu (3/5/2023).
Baca juga: Perang Saudara di Sudan, SAF dan RSF Setuju Gencatan Senjata 7 Hari
"Kami membutuhkan bantuan rumah sakit juga,"urainya.
Yassir mengatakan fasilitas medis rusak parah terkena proyektil militer dan milisi RSF (Rapid Support Forces) di Sudan.
Pihak Kedubes Sudan juga berencana menemui Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin terkait
kebutuhan fasilitas kesehatan yang diperlukan negaranya.
"Kami memiliki beberapa daftar bantuan yang dibutuhkan. Saya akan bertemu dengan menteri kesehatan untuk menyampaikan hal ini," sambung dia.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
15 Latihan Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Bab 2 Kurikulum Merdeka, Di Bawah Atap
10 Latihan Soal & Kunci Jawaban IPS Kelas 9 SMP Bab 1, Interaksi Antarnegara Asia dan Negara Lainnya
Sudan, lanjut Yassir, sudah menerima beberapa bantuan kemanusiaan dari negara tetangga seperti Oman dan Mesir.
Baca juga: Konflik Memanas, Nasib Kelanjutan Studi Mahasiswa Indonesia Diungkap Dubes SudanĀ
Namun pihaknya berharap mendapatkan bantuan dari negara lainnya.
"Kami tidak menutup pintu menerima bantuan dari beberapa negara sahabat, termasuk Indonesia," tukasnya.
Dubes Yassir juga menyatakan terus menjalin komunikasi dengan pemerintah Indonesia dalam hal
ini Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait kondisi dan konflik terbaru di Sudan.
Baca juga: PBB: Konflik Sudan Picu Krisis Pengungsi
"Mengenai konflik, kita akan bertemu melaporkan perkembangan terakhir," katanya.
ubes Yassir menyebut RSF tidak mau duduk bersama dengan pemerintah.
"Mereka hanya memiliki dua pilihan antara terus mempersenjatai diri dan menyerah atau mereka harus menghadapi konsekuensinya."