TRIBUNNEWS.COM - Enam awak kapal yang diculik perompak bulan lalu dari kapal tanker minyak Denmark di lepas pantai Republik Kongo telah diselamatkan di Nigeria, kata pemilik kapal.
Monjasa Reformer berbendera Liberia memiliki 16 pelaut di dalamnya ketika perompak menyerangnya pada 25 Maret 2023.
Meskipun dimiliki oleh perusahaan Denmark, tidak ada awak yang berkewarganegaraan Denmark.
Ketika kapal tanker sepanjang 135 meter itu ditemukan oleh angkatan laut Prancis pada minggu berikutnya di lepas pantai Sao Tome dan Principe di Teluk Guinea, kru yang tersisa mengatakan enam rekan mereka telah diculik.
“Keenam awak kapal yang diculik dari kapal tanker minyak Monjasa Reformer sekarang telah ditemukan dengan selamat dari lokasi yang dirahasiakan di Nigeria,” kata Monjasa, Senin (8/5/2023).
Pernaytaan itu tidak menyebutkan apakah ada uang tebusan yang dibayarkan.
Baca juga: Iran Sita Kapal Tanker Kedua di Selat Hormuz
Kondisi kesehatan awak kapal tanker relatif buruk
CEO Monjasa Anders Ostergaard mengatakan mereka "dalam kondisi kesehatan yang relatif baik, mengingat keadaan sulit yang mereka alami dalam lebih dari lima minggu terakhir", lapor guardian.ng.
“Mereka semua telah menerima pemeriksaan medis dan sekarang dipulangkan ke negara asalnya untuk bersatu kembali dengan keluarga mereka,” kata Ostergaard.
Perusahaan pengapalan sebelumnya mengatakan telah kehilangan kontak dengan awak kapal setelah perompak naik ke kapal.
Perompak telah lama menjadi risiko di Teluk Guinea, rute pelayaran utama yang membentang sepanjang 5.700 kilometer (3.500 mil) dari Senegal ke Angola.
Namun sejak 2021, perusahaan mengatakan perompak telah merampok lebih jauh di perairan internasional.
Kekerasan dan taktik canggih mereka mendorong permohonan dari perusahaan untuk kehadiran angkatan laut asing yang lebih kuat seperti misi untuk mengekang serangan dari perompak Somalia satu dekade lalu.
Baca juga: Pengamat Maritim Indonesia Kritik Penahanan Kapal Tanker oleh Iran, Menyalahi Prinsip UNCLOS 1982
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa geng telah menangkap kapal penangkap ikan yang lebih besar yang mereka gunakan sebagai "kapal induk", atau pangkalan, untuk menyerang lebih jauh ke laut.
Alami jeda aktivitas di masa pandemi
Tetapi wilayah yang banyak lalu lintas kapal tanker minyak itu juga mengalami jeda aktivitas di era pasca pandemi.
Menurut sebuah laporan oleh Pusat Kerjasama dan Kesadaran Informasi Maritim, tiga kapal diserang di daerah tersebut pada tahun 2022, dibandingkan dengan 26 kapal pada tahun 2019, lapor English Al Arabiya.
Dua serangan lain telah dicatat di wilayah tersebut pada tahun 2023 sejauh ini.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)