News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Beri Alasan Putusnya Hubungan dengan Barat dan Awal Perang Ukraina

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov mengatakan sejumlah alasan putusnya hubungan Rusia dengan beberapa negara Barat, termasuk AS, NATO dan UE. Peskov juga menyebut Barat memicu perang di Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan alasan Rusia memutus hubungan dengan negara Barat, termasuk Uni Eropa (UE) dan NATO.

Dmitry Peskov menilai, tindakan mereka di Eropa Timur memaksa Rusia untuk meluncurkan perang di Ukraina.

Rusia juga menganggap Barat terlibat dalam penipuan dan menolak memperlakukan negaranay sebagai mitra yang setara.

"Moskow telah mencoba segalanya selama bertahun-tahun, tapi kolektif Barat hanya tertarik kerja sama di mana posisi mereka harus di atas dan Rusia berada di bawah," kata Dmitry Peskov dalam wawancara dengan media Serbia, ATV, Rabu (10/5/2023).

Jauh sebelum perang Ukraina, Moskow menganggap Barat telah melakukan serangkaian kesalahan terhadap Rusia.

Sejumlah kesalahan itu kemudian memicu Rusia untuk meluncurkan operasi militer ke Ukraina.

Baca juga: Panglima TNI Bicara Perang Proxy di Balik Perang Rusia-Ukraina Dalam Forum Islamabad Security Dialog

Rusia: Kesalahan Barat, Picu Perang Ukraina

"Serangkaian langkah dan kesalahan Barat, yang secara praktis mengesampingkan kerja sama normal dan berusaha memaksakan kehendaknya pada Rusia, akhirnya mengarah pada keputusan Putin untuk meluncurkan operasi Ukraina," kata Dmitry Peskov.

Kemudian, katanya, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan NATO terlibat langsung dalam perang (Ukraina) itu.

Menurut Rusia, Barat terlibat secara de facto di pihak Ukraina dengan memasok uang, senjata, amunisi, dan peralatan militer.

“Rusia adalah negara yang terlalu besar untuk diperlakukan seperti itu, dan negara yang terlalu kuat untuk melepaskan posisinya,” kata juru bicara Kremlin itu, dikutip dari RT.

“Baratlah yang memperluas NATO dalam enam gelombang menuju perbatasan Rusia,” katanya.

Presiden Rusia Vladimir Putin saat konferensi pers dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron setelah pembicaraan Rusia-Prancis pada 8 Februari 2022. (President of Russia)

Baca juga: Ukraina Ejek Rusia di Hari Kemenangan: Cuma Pamer 1 Tank T-34 di Parade Militer

NATO Perluas Wilayah di Eropa Timur

Dmitry Peskov mengatakan Barat berbohong kepada Rusia dengan menjanjikan 'tidak akan memperluas wilayah NATO satu inci pun ke (Eropa) Timur', yang berbatasan dengan Rusia.

"Ketika bukti dari janji-janji itu muncul, Barat berdalih mereka tidak melakukan apa pun secara tertulis," kata Dmitry Peskov.

Ia juga mengaitkan permasalahan ini dengan kudeta di Ukraina pada 2014.

“Negara-negara Baratlah yang mengorganisir kudeta (Maidan) di Ukraina pada 2014, di jantung Eropa,” jelas Dmitry Peskov.

“Mereka mungkin sudah lupa, jadi kami terus mengingatkan mereka," lanjutnya.

Pasukan Ukraina mengendarai tank di jalan di wilayah timur Ukraina Donbas pada 21 Juni 2022. (Anatolii Stepanov / AFP)

Baca juga: Jurnalis Prancis Tewas dalam Serangan Roket Rusia di Ukraina

Dia mengemukakan fakta, diplomat AS Victoria Nuland membagikan kue-kue kepada para pengunjuk rasa Maidan.

Peskov juga mengingatkan bagaimana pemerintah Jerman, Prancis, dan Polandia memberikan jaminan kepada Presiden Yanukovich di Ukraina soal kudeta, kemudian diinjak-injak.

“Negara bagian yang sama menutup mata mereka selama delapan tahun, sementara rezim Kiev menggunakan tank dan artileri melawan rakyatnya sendiri,” kata Dmitry Peskov.

“Mereka memanggil orang-orang yang menentang kudeta separatis dan membom serta membunuh mereka."

"Negara-negara yang sama menolak untuk mengatakan sepatah kata pun untuk mengutuk rezim Kiev, dan kemudian menolak untuk berbicara dengan Presiden Putin ketika dia mengusulkan kesepakatan tentang jaminan keamanan untuk Rusia,” katanya kepada media ATV.

Menurutnya, peran Barat dalam kudeta itu membuat Ukraina semakin bersimpati pada Barat, yang menyebarkan Rusophobia (anti-Rusia).

"Dengan Ukraina menjadi negara anti-Rusia dan berusaha untuk bergabung dengan NATO, Rusia terpaksa membela kepentingannya, dan nyawa rakyat Donbass," kata Dmitry Peskov.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini