TRIBUNNEWS.COM - China telah meminta kedutaan asing dan organisasi internasional untuk tidak memamerkan 'propaganda yang dipolitisasi' di gedung mereka.
Menurut para diplomat, instruksi itu ditujukan untuk kedutaan yang mengibarkan bendera Ukraina sejak invasi Rusia.
Beberapa kedutaan asing di Tiongkok diketahui mengibarkan bendera Ukraina, atau memajang gambarnya di poster dan lampu.
Hal itu menyusul invasi pada Februari 2022 lalu yang memicu kecaman internasional terhadap Rusia, sekutu dekat Tiongkok.
"Jangan gunakan dinding luar fasilitas gedung untuk menampilkan propaganda yang dipolitisasi untuk menghindari perselisihan antar negara," ujar Kementerian Luar Negeri China dalam pemberitahuan tertanggal Rabu (10/5/2023), dilansir Reuters.
Baca juga: KTT Dewan Eropa Setujui Daftar Kerusakan untuk Ukraina akibat Invasi Rusia
Dalam pemberitahuan itu, kementerian tidak menyebutkan bendera Ukraina atau pajangan "propaganda" tertentu.
Namun, empat diplomat yang berbasis di Beijing, berbicara kepada Reuters tanpa menyebut nama, mengatakan itu jelas terkait dengan pameran solidaritas Ukraina.
Pengakuan Sejumlah Pejabat
Diberitakan CNA, Rabu (17/5/2023), beberapa kedutaan besar Barat di Beijing mengibarkan bendera Ukraina sebagai solidaritas dengan perjuangan negara itu melawan invasi Rusia.
Bahkan, beberapa kedutaan juga memberi pesan dukungan dalam bahasa Inggris dan China.
Namun, sumber di beberapa misi Eropa mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah menerima pemberitahuan dari otoritas China minggu ini yang meminta mereka untuk menghapus papan nama politik tersebut.
Baca juga: Inggris ‘Ngotot’ Ciptakan Koalisi Kirim Jet F-16 ke Ukraina, Jerman dan Prancis Sebut Terlalu Dini
Mengenai hal ini, mereka akan menolak permintaan tersebut dan tidak akan mengubah kebijakan mereka.
Seorang pejabat dari kedutaan Eropa mengonfirmasi permintaan tersebut.
Ia mengatakan, hal itu hampir pasti terkait dengan pengibaran bendera Ukraina yang menonjol dari beberapa misi.
Namun, seorang pejabat dari kedutaan Eropa lainnya mengatakan, tidak jelas apakah permintaan itu terkait dengan Ukraina atau Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia, dan Transfobia.
Baca juga: Ukraina Klaim Berhasil Jatuhkan Semua 6 Rudal Hipersonik yang Ditembakkan Rusia
Sementara itu, beberapa kedutaan asing di Beijing telah mengibarkan bendera kebanggaan sebagai pengakuan atas kampanye tersebut.
"Dengan ketat mematuhi konvensi Wina. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kami untuk bereaksi terhadap catatan ini atau mengubah kebijakan tampilan kami," kata seorang pejabat.
Beijing pun bersikeras bahwa kedutaan asing memiliki kewajiban untuk menghormati hukum dan peraturan China.
"China meminta kedutaan semua negara di China untuk melakukan tugas mereka sesuai dengan Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik atau perjanjian internasional yang relevan," jelas juru bicara kementerian luar negeri, Wang Wenbin, Rabu.
Diketahui, beberapa minggu setelah Rusia meluncurkan apa yang disebutnya 'operasi militer khusus' di Ukraina, poster bendera Ukraina di dinding luar Kedutaan Besar Kanada dirusak dengan grafiti anti-NATO.
Kedutaan Besar Uni Eropa, Inggris, Jerman, dan Polandia di Beijing juga menampilkan gambar bendera Ukraina.
Baca juga: Persiapan KTT G7, PM Jepang Fumio Kishida Tekankan China dan Rusia Jangan Ubah Status Quo Sepihak
Adapun China dikabarkan menyerukan perdamaian di Ukraina, tetapi menahan diri untuk tidak mengutuk Rusia, yang menyebabkan kritik dari negara-negara Barat.
China telah berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai pemain netral dalam perang Rusia di Ukraina, menyerukan penyelesaian politik untuk krisis tersebut.
Namun, komentar baru-baru ini oleh duta besar China untuk Prancis yang mempertanyakan kedaulatan negara-negara bekas Soviet semakin meragukan kenetralannya.
Sebuah kertas posisi dari Beijing untuk mengakhiri konflik juga ditanggapi dengan skeptis dari Amerika Serikat dan NATO.
(Tribunnews.com/Nuryanti)