News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tren Keluarga 'Penghasilan Ganda Tanpa Anak' di China Kini Naik Daun

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Childfree. Saat ini ada sekitar 188 juta keluarga 'Penghasilan Ganda Tanpa Anak' (DINK) di China dan angka itu pun terus mengalami peningkatan.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Saat ini ada sekitar 188 juta keluarga 'Penghasilan Ganda Tanpa Anak' (DINK) di China dan angka itu pun terus mengalami peningkatan.

Hal ini menurut Analisis Sosiolog China Shouting Lu tentang data sensus terakhir negara itu.

Baca juga: Putuskan Childfree, Sebagian Wanita Sebut Hong Kong Bukan Tempat Terbaik Besarkan Anak

"Ini merupakan faktor penting dalam tingkat kesuburan rendah di China," tulis Lu dalam sebuah makalah akademis pada 2022.

Nancy Zhang, perempuan berusia 34 tahun yang bekerja sebagai agen untuk perusahaan makanan hewan peliharaan di kota Tianjin, China utara, termasuk di antara kelompok DINK.

Ia telah menikah selama enam tahun dan menikmati kehidupan 'tanpa anak' atau childfree bersama sang suami.

Zhang mengatakan bahwa dirinya memilih untuk tidak memiliki anak karena 'terlalu banyak faktor ketidakpastian dalam masyarakat China', seperti akses untuk memperoleh pendidikan.

Baca juga: Disinggung soal Childfree, Rina Nose: Nggak Seekstrem Itu, Suatu saat Bisa Berubah

Ia juga mengaku tidak ada 'jaminan' dirinya akan bahagia jika memiliki anak.

"Terlalu banyak tekanan untuk memiliki anak, baik secara fisik maupun mental. Pendidikan dan mengasuh anak selanjutnya memiliki biaya yang tidak terlihat, dan banyak perempuan cenderung menanggung lebih banyak tekanan daripada pria begitu mereka memiliki anak," kata Zhang.

Dikutip dari laman ABC News, Senin (22/5/2023), Profesor Sosiologi Global di Universitas Lancaster, Yang Hu pun menggemakan sentimen itu, ia bahwa perempuan harus bekerja dan mengurus rumah tangga.

Profesor Hu mengatakan ini adalah hambatan dalam upaya China untuk meningkatkan tingkat kesuburan.

Ia pun mendesak negara itu untuk mencoba mencapai 'kesetaraan gender'.

"Jika orang ingin memiliki anak, apakah mereka memperoleh hak cuti hamil yang cukup? Bisakah masyarakat memberikan lebih banyak dukungan kepada perempuan?," kata Profesor Hu.

Profesor Hu kemudian menyebut jika upaya pemerintah China dalam meningkatkan kesuburan pada warganya hanya melalui penerapan kebijakan, maka itu akan sulit dicapai.

Menurutnya, China saat ini perlu mengubah budaya masyarakatnya yang kini cenderung lebih egois.

"(Pemerintah China) sangat ingin mempromosikan kesuburan, namun hanya dengan menggunakan kebijakan tentu membuatnya sangat sulit untuk mengubah situasi, itu membutuhkan perubahan budaya," jelas Profesor Hu.

Profesor Hu menekankan bahwa nilai-nilai keluarga tradisional kini turut bergeser.

"Semakin banyak orang yang lebih memperhatikan perkembangan individu," pungkas Profesor Hu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini