Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Mata uang Lira Turki jatuh ke rekor terendah pasca terpilihnya kembali pemimpin petahana Recep Tayyip Erdogan sebagai presiden Turki.
Mata uang Lira Turki diperdagangkan di angka 19,97 melawan greenback pada Senin (29/5/2023) pukul 04:00 waktu London setelah merosot ke angka 20 terhadap dolar AS di awal sesi.
“Kami memiliki pandangan yang cukup pesimis terhadap Lira Turki sebagai hasil dari Erdogan mempertahankan jabatannya setelah pemilu,” kata Brendan McKenna, Ekonom Pasar Berkembang Wells Fargo dan Ahli Strategi FX.
McKenna juga memperkirakan kurs Lira Turki akan mencapai rekor terendah baru yakni di angka 23 terhadap dolar AS pada akhir kuartal II 2023, dan kemudian 25 pada awal tahun depan.
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa mata uang Lira Turki telah kehilangan 77 persen nilainya terhadap dolar AS selama lima tahun terakhir.
“Prospek ekonomi dan pasar Turki sangat suram,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Turki sendiri telah menekankan pertumbuhan dan persaingan ekspor daripada menjinakkan inflasi. Hal tersebut telah terlihat dari kebijakan Erdogan selama ini yang menolak kenaikan suku bunga untuk mendinginkan inflasi.
Baca juga: Profil Kemal Kilicdaroglu, Saingan Terkuat Erdogan yang Kalah di Pilpres Turki
“Kebijakan Turki saat ini tidak lagi berkelanjutan,” kata Timothy Ash, Senior EM Sovereign Strategist dari BlueBay Asset Management.
Baca juga: Penghitungan Suara Awal Pilpres Turki Putaran Kedua, Erdogan Unggul Hampir 3 Juta Suara dari Oposisi
“Dengan cadangan devisa yang terbatas dan suku bunga riil yang sangat negatif akan membuat tekanan pada mata uang Lira menjadi sangat berat,” pungkasnya.