TRIBUNNEWS.COM - Pada Rabu (25/12/2024), Israel dan Hamas saling menyalahkan terkait kegagalan mencapai kesepakatan gencatan senjata meskipun terdapat kemajuan dalam beberapa hari terakhir.
Hamas mengklaim bahwa Israel menetapkan persyaratan baru, sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Hamas mengingkari kesepahaman yang telah dicapai.
Dikutip dari Reuters, Hamas menyatakan bahwa Israel menambah persyaratan terkait penarikan pasukan, gencatan senjata, tahanan, dan pemulangan pengungsi, yang menyebabkan penundaan dalam tercapainya kesepakatan.
Hamas juga mengungkapkan bahwa pihaknya menunjukkan fleksibilitas, dan pembicaraan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir sedang berlangsung secara serius.
Sebaliknya, Netanyahu menuduh Hamas berbohong dan menciptakan kesulitan dalam negosiasi, Al Jazeera melaporkan.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus berusaha keras untuk memulangkan para sandera yang ditahan.
Mediasi Internasional
Upaya mediasi yang dilakukan oleh AS, Qatar, dan Mesir berfokus pada penyelesaian kesepakatan bertahap yang mencakup penghentian pertempuran, pertukaran sandera dengan tahanan Palestina, dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Para negosiator Israel kembali dari Qatar setelah pembicaraan yang berlangsung selama seminggu, The New York Times melaporkan.
Pejabat Israel, termasuk Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Israel akan mempertahankan kontrol atas keamanan di Gaza dan berencana untuk membentuk zona penyangga untuk melindungi komunitas Israel.
Meningkatnya Tekanan Militer
Baca juga: Netanyahu Bantah Hamas yang Sebut Israel Tunda Perjanjian Gencatan Senjata Gaza
Pasukan Israel melanjutkan tekanan militer terhadap Gaza, khususnya di Gaza utara, dalam kampanye militer terberat selama perang 14 bulan, BBC melaporkan.
Serangan Israel menewaskan sedikitnya 24 orang di Gaza pada Rabu (25/12/2024).
Menurut pejabat kesehatan di Gaza, Israel juga menargetkan militan Hamas di beberapa daerah, termasuk Al-Furqan dan Al-Mawasi.
Meskipun Israel menegaskan bahwa serangan tersebut ditujukan pada militan Hamas, Palestina menuduh Israel berusaha mengosongkan wilayah Gaza utara untuk menciptakan zona penyangga.
Kondisi Warga Palestina
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 45.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak dimulainya konflik.
Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Sementara itu, sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, dan banyak wilayah Gaza hancur akibat serangan militer.
Israel dan Hamas tetap berkomitmen pada pembicaraan, dengan harapan mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 14 bulan.
Kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan akan mencakup penghentian pertempuran, pembebasan sandera, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza yang terkepung, Euronews melaporkan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)