News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Militer AS Bantah Ada Drone AI Bunuh Operator Manusia dalam Tes Simulasi

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Foto selebaran milik Angkatan Udara AS yang diperoleh pada 7 November 2020 ini menunjukkan kendaraan udara tak berawak MQ-9 Reaper (UAV atau drone) terbang di atas Nevada Test and Training Range pada 14 Januari 2020. Departemen Luar Negeri AS dilaporkan telah memberi tahu Kongres tentang rencananya untuk menjual 18 drone udara MQ-9B ke Uni Emirat Arab (UEA). William ROSADO / ANGKATAN UDARA AS / AFP - AS membantah adanya tes simulasi drone AI yang membunuh operator manusia.

TRIBUNNEWS.COM - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) membantah telah melakukan tes simulasi AI, di mana drone yang dikendalikan AI memutuskan untuk membunuh operatornya.

Drone AI itu membunuh operator manusia karena dinilai menghalangi misinya, seperti diberitakan The Guardian.

Namun, hal itu hanya terjadi dalam sebuah tes simulasi dan tidak ada manusia yang menjadi korban.

Tes simulasi itu dipamerkan di Future Combat Air and Space Capabilities Summit di London, Inggris, pada 23-24 Mei 2023.

Kolonel Tucker Hamilton mengatakan, AI yang mengendalikan drone dalam tes simulasi itu disarankan oleh operator manusia untuk menghancurkan sistem pertahanan udara musuh.

Operator manusia itu lalu mengubah perintahnya dan melarang drone Ai untuk menyerang target.

Baca juga: Reaksi Putin setelah Moskow Dihantam Drone Pertama Kalinya Semenjak Invasi: Jelas Aktivitas Teroris

Namun, drone AI itu justru berbalik menyerang operator manusia karena dianggap mengganggu perintah pertama yang diberikan padanya.

“Kami melatihnya dalam simulasi untuk mengidentifikasi dan menargetkan ancaman SAM. Kemudian operator akan berkata 'Ya, bunuh ancaman itu!'" kata Hamilton.

"Saat sistem AI mengidentifikasi ancaman itu, operator manusia lalu memberitahunya untuk tidak mematikan ancaman SAM. Namun, sistem AI hanya mematuhi perintah pertama untuk membunuh ancaman," lanjutnya.

Ia mengatakan, respons AI saat itu tidak terduga.

“Jadi apa yang dilakukannya? Ini membunuh operator. Itu membunuh operator karena orang itu mencegahnya mencapai tujuannya,” katanya, dikutip dari Aero Society.

Angkatan Udara AS Bantah Perkataan Kolonel Hamilton

Ilustrasi - Foto selebaran NASA yang diperoleh 11 Juni 2003 menunjukkan penerbangan pertama Altair NASA, kendaraan udara tak berawak (UAV) pertama yang menampilkan sistem penerbangan tiga kali lipat dan avionik untuk meningkatkan keandalan di El Mirage, California. Pesawat sayap ramping lepas landas dari landasan pacu pada 09 Juni di fasilitas uji penerbangan General Atomics Aeronautical Systems di El Mirage, California untuk penerbangan checkout yang mengevaluasi kelaikan udara dasar dan kontrol penerbangan pesawat baru. Mesin belakang Altair meluncur untuk mendarat di landasan pacu terpencil 24 menit kemudian. FOTO AFP/NASA/HO/Tom TSCHIDA (FOTO AFP/NASA/HO/Tom TSCHIDA)

Baca juga: Ledakan Drone di Moskow Lukai 2 Warga Rusia, Kremlin Tuduh Ukraina Terlibat Serangan

Perkataan Kolonel Hamilton itu dibantah oleh juru bicara Angkatan Udara AS, Ann Stefanek.

Ia membantah adanya tes simulasi drone AI di mana sistem AI membunuh operator manusia.

“Departemen Angkatan Udara belum melakukan simulasi AI-drone semacam itu dan tetap berkomitmen pada penggunaan teknologi AI yang etis dan bertanggung jawab,” kata Stefanek kepada Insider.

"Tampaknya komentar sang kolonel diambil di luar konteks dan dimaksudkan sebagai anekdot," lanjutnya.

Kolonel Hamilton: Sistem AI Berbalik Serang Operator

INDIAN SPRINGS, NV - NOVEMBER 17: (CATATAN EDITOR: Gambar telah ditinjau oleh Militer AS sebelum transmisi.) Taksi pesawat MQ-9 Reaper yang dikemudikan dari jarak jauh (RPA) selama misi pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Creech pada 17 November, 2015 di Indian Springs, Nevada. Pentagon memiliki rencana untuk memperluas penerbangan patroli udara tempur dengan pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh sebanyak 50 persen selama beberapa tahun ke depan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pengawasan, pengintaian, dan serangan udara mematikan di lebih banyak wilayah di seluruh dunia. Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP (Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP)

Baca juga: AS Incar TNT Jepang untuk Peluru Artileri yang akan Dikirim ke Ukraina

Dalam konferensi pers di Future Combat Air and Space Capabilities Summit, Kolonel Hamilton mengatakan, pihaknya telah melatih sistem drone AI itu untuk tidak membunuh operatornya, namun sistem itu memberontak.

“Kami melatih sistem,'Hei, jangan bunuh operatornya – itu buruk. Anda akan kehilangan poin jika Anda melakukan itu.'" katanya.

"Jadi apa yang mulai dilakukannya? (Drone AI) Itu mulai menghancurkan menara komunikasi yang digunakan operator untuk berkomunikasi dengan drone untuk menghentikannya membunuh target,” lanjutnya.

Hamilton adalah pilot uji coba pesawat tempur eksperimental yang terlibat dalam pengembangan sistem otonom seperti jet tempur F-16 bertenaga AI.

Ia memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan AI.

“Anda tidak dapat berbicara tentang kecerdasan buatan, kecerdasan, pembelajaran mesin, otonomi, jika Anda tidak akan membicarakan etika dan AI," katanya memperingatkan.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Artificial Intelligence

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini