TRIBUNNEWS.COM - Tersangka yang ditahan atas penembakan seorang gadis asal Inggris berusia 11 tahun di Prancis sedang diselidiki atas pembunuhan, kata jaksa penuntut, dilansir BBC.
Solaine Thornton ditembak mati saat bermain ayunan di kebunnya, Desa Saint-Herbot, sebelah utara Quimper di Brittany, pada Sabtu (10/6/2023) malam.
Jaksa mengatakan tersangka penembakan Dirk Raats (71) berada dalam jarak 10 meter dari Adrian Thornton, ayah dari sang gadis, sebelum melepaskan tembakan melalui pagar.
Raats bersembunyi di rumahnya setelah insiden, tetapi menyerahkan diri ke polisi satu jam kemudian.
Istrinya, yang ikut ditangkap, menyerah setengah jam setelah sang suami menyerahkan diri, tetapi dia dibebaskan.
Jaksa Camille Miansoni mengatakan pasangan itu telah berkonflik selama bertahun-tahun dengan tetangga berdarah Inggris atas pekerjaan yang dilakukan di properti mereka.
"Tersangka sangat jengkel atas pekerjaan tersebut, yang menurutnya mempengaruhi privasinya dan mengganggu dia dan istrinya," ungkap pihak berwenang.
Baca juga: Gadis 11 Tahun Berdarah Inggris Ditembak Mati saat Bermain Ayunan di Taman Rumah di Prancis
Lepaskan 3-4 kali tembakan
Miansoni mengatakan tersangka pergi ke rumahnya untuk mengambil senjata lalu kembali ke taman sebelum melepaskan tembakan sebanyak tiga atau empat kali melalui pagar.
"Ini menunjukkan tingkat perencanaan sebelumnya," terang pihak berwenang.
"Tampaknya dia membidik sang ayah, dia membidik istrinya, namun tampaknya dia kurang jelas mengenai kemungkinan pengakuan bahwa dia membidik gadis itu," kata Miansoni.
Senapan ditemukan di kediaman tersangka
Penggeledahan di rumah Raats menemukan dua senapan, salah satunya belum pernah diumumkan.
Pasangan itu merupak warga negara Belanda serta dinyatakan positif alkohol dan ganja.
Miansoni mengatakan tersangka telah menyatakan penyesalan dan penilaian kesehatan mental tidak menemukan sesuatu yang penting.
Baca juga: Bocah Korban Penikaman Massal di Prancis Sudah Sadar, Presiden Macron: Dia Bangun dan Nonton TV
Perselisihan atas tanah terbengkalai
Menurut Marguerite Bleuzen, Wali Kota Plonevez-du-Faou, tanah itu telah ditinggalkan dan terbengkalai.
Ayah Solaine, Adrian mengatur tugas membersihkan tanah, menebang beberapa pohon, dan memotong semak.
Hal ini tampaknya telah menyebabkan perselisihan dengan tetangganya yang rumah menghadap ke petak keluarga Thorntons.
"Saya dipanggil ke sana tiga tahun lalu, ketika ada ketegangan pertama."
"Kami berhasil menyelesaikan masalah, tetapi sejak itu saya tidak pernah campur tangan," paparnya.
Penduduk setempat mengatakan bahwa keluarga Inggris itu sangat disukai.
Mereka meminjamkan sebidang tanah sebagai lokasi parkir di festival tahunan dusun itu pada September 2022.
Sebaliknya, tak seorang pun tampaknya pernah melakukan kontak dengan Raats atau istrinya.
Baca juga: 3 Turis Inggris Hilang seusai Kapal Scuba Diving yang Ditumpangi Terbakar di Laut Merah Mesir
Kronologi Penembakan
Dikutip Guardian, kronologi penembakan berawal saat anak-anak Adrian bermain ayunan sekitar pukul 22.00 waktu setempat pada hari itu.
Saat itu, seorang pria muncul dengan pistol dan melepaskan beberapa tembakan.
Adrian ditembak di kepala dan dibawa ke rumah sakit dengan kondisi kritis.
Sementara istri Adrian, ditembak di punggung dan kepala.
Namun, ia berhasil selamat dari bahaya, kata jaksa penuntut umum Carine Halley.
Bahkan saat polisi tiba, Rachel Thornton sedang menggendong anaknya yang telah meninggal.
Saudari Solaine, Céleste, berusia delapan tahun, melarikan diri ke rumah tetangga dan membunyikan alarm.
Seorang penduduk setempat mengatakan, ada anak yang lebih muda berlari ke tetangga sambil berteriak: "Adikku meninggal, adik perempuanku meninggal".
Baca juga: Penembakan Massal di AS, 2 Orang Tewas dan 5 Terluka setelah Hadiri Wisuda SMA
Adrian dan Rachel Thornton, keduanya dari Oldham, datang bersama kedua putri mereka untuk tinggal di Dusun Saint Herbot pada 2019.
Keluarga mereka adalah satu-satunya keluarga Inggris di daerah tersebut.
Sebelumnya, keluarga Thornton pernah tinggal di bagian lain Prancis.
Solaine lahir di Brittany dan Celeste di Massif Central di Prancis tengah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)