TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan AS dan NATO tidak terlibat dalam pemberontakan Wagner di Rusia.
“Kami tidak memberi Putin alasan untuk menyalahkan ini pada Barat atau menyalahkan ini pada NATO,” kata Joe Biden.
"Kami tidak ada hubungannya dengan itu," lanjutnya.
Menurutnya, pemberontakan Wagner adalah bagian dari pergerakan sistem di Rusia.
"Ini adalah bagian dari perjuangan dalam sistem Rusia," tambahnya, dikutip dari Sky News.
Di sisi lain, pemerintah AS dan sekutu Barat sedang menilai dampak dari pemberontakan Wagner bagi Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Hasil Negosiasi Wagner dan Rusia di Belarus setelah Pemberontakan 24 Jam
"Kami akan terus menilai dampak dari peristiwa akhir pekan ini dan implikasinya bagi Rusia dan Ukraina," katanya kepada wartawan.
"Tapi masih terlalu dini untuk mencapai kesimpulan pasti tentang ke mana arahnya," lanjutnya.
Selain itu, seorang pejabat Gedung Putih juga membantah adanya keterlibatan AS.
Pihaknya mengatakan, mereka memiliki komunikasi langsung yang baik dengan Rusia selama akhir pekan.
Badan-badan AS memiliki intelijen yang mengklaim mengetahui rencana Yevgeny Prigozhin untuk melakukan tindakan di Rusia.
"Ada cukup sinyal untuk mengetahui ada sesuatu yang terjadi," kata seorang pejabat AS kepada The Washington Post.
Mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya, laporan itu mengatakan, para pejabat AS telah memperingatkan Gedung Putih dan badan-badan AS lainnya tentang intelijen mereka.
Pemberontakan Wagner
Baca juga: Bos Wagner Buka Suara, Prigozhin: Kami Tak Niat Kudeta Pemerintahan Rusia, Itu Hanya Bentuk Protes
Sebelumnya, Yevgeny Prigozhin menyerukan pemberontakan bersama tentara Wagner pada Jumat (23/6/2023).
Ia mengatakan akan menggulingkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov karena sering mengabaikan Wagner yang meminta bantuan amunisi di Ukraina.
Tentara Wagner yang terlibat pemberontakan menggunakan kendaraan militer dari Ukraina menuju Kota Rostov.
Yevgeny Prigozhin mengatakan pasukannya tiba di Kota Rostov pada Sabtu (24/6/2023), dan bersiap menuju Kota Moskow.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, meminta bantuan Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, untuk menengahi konflik ini pada Minggu (25/6/2023).
Kesepakatan Damai
Baca juga: Wagner, Prigozhin, Putin, dan Shoigu: Persaingan pahit yang melahirkan pemberontakan
Yevgeny Prigozhin dan pemerintah Rusia menyepakati sejumlah poin untuk membatalkan pemberontakan dan memulihkan situasi.
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko mengatakan kesepakatan damai itu termasuk jaminan keamanan bagi tentara Wagner.
Selain itu, pemerintah Rusia juga membatalkan kasus pidana terhadap Yevgeny Prigozhin yang dianggap mengkhianati negara.
Namun, Yevgeny Prigozhin harus meninggalkan Rusia atau pindah ke Belarus.
Selain Yevgeny Prigozhin, tentara Wagner yang terlibat pemberontakan juga tidak akan menghadapi hukuman.
Mereka diperintahkan untuk meninggalkan Kota Rostov dan kembali ke kamp militer setelah kesepakatan damai dilakukan.
"Pasukan itu tidak akan menghadapi tindakan hukum karena berbaris ke Moskow," kata Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, Minggu (25/6/2023), dikutip dari CNN Internasional.
“Kami selalu menghormati tindakan heroik mereka di garis depan,” tambahnya.
Kemudian, bagi tentara Wagner yang tidak terlibat pemberontakan ditawari kontrak baru oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
"Para pejuang Wagner yang tidak terlibat akan menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia," kata Dmitry Peskov, dikutip dari Al Jazeera.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)